Keunikan Sejarah Budaya Adat Istiadat Suku Mandar Daerah Sulawesi Barat
Keunikan Sejarah Budaya Adat Istiadat Suku Mandar Daerah Sulawesi Barat
Adat Istiadat Suku Mandar - Suku Mandar adalah suku bangsa yang menempati wilayah Sulawesi Barat, serta sebagian Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah Populasi Suku Mandar dengan jumlah Signifikan juga dapat ditemui di luar Sulawesi seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Malaysia.
Pada sensus penduduk tahun 1980 didapati bahwa terdapat 300.000 orang Mandar di Sulawesi Selatan, tetapi ini lebih menunjukkan jumlah penutur bahasa Mandar pada tahun itu kabupaten Majene, Mamasa, dan Mamuju penutur bahasa Mandar juga banyak, maka angkanya akan lebih dari 300.000 jiwa di tiga kabupaten, Majene, Mamasa dan Mamuju pada waktu itu, karena sensus tahun 1980 menunjukkan jumlah penduduk Majene 120.830, Mamasa 360.384, Mamuju 99.796 sedangkan Makassar 709.000.
Mandar adalah nama suatu suku (etnis) yang terdapat di sulawesi selatan dan nama budaya dalam Lembaga Budayaan Nasional dan Lembaga Pengkajian Budaya Nasional. Diistilahkan sebagai etnis karena Mandar merupakan salah satu kelompok etnis dari empat suku yang mendiami kawasan provinsi Sulawesi Selatan yakni etnis Makassar (makasara’), etnis Bugis (ogi’), etnis Toraja (toraya). Pengelompokkan ini dimaksudkan dalam suatu kelompok pengkajian yang disebut “lagaligologi”.
Mandar sesuai dengan makna kuantitas yang dikandung dalam konteks geografis merupakan wilayah dari batas paku (wilayah polmas) sampai surename (wilayah kabupaten mamuju). Akan tetapi dalam makna kualitas serta symbol dapat kita batasi diri dalam lingkup kerajaan Balanipa sebagi peletak dasar pembangunan kerajaan (landasan idial dan landasan structural), dan sebagai bapak perserikatan seluruh kerajaan dalam wilayah mandar Pitu ulunna Salu dan Pitu Ba’pana Binanga.
Suku mandar adalah satu-satunya suku bahari dinusantara yang berhadapan langsung dengan laut dalam, tanpa ada pulau yang bergugus. Teknologi kelautan mereka sudah demikian sistematis, yang merupakan warisan dari nenek moyang mereka. Mandar sebagai salah satu suku di sulawesi selatan memiliki aneka ragam corak kebudayaan yang khas.
Agama
Pada umumnya dewasa ini suku Mandar adalah penganut agama Islam yang setia tetapi dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat lepas dari kepercayaan-kepercayaan seperti pemali, larangan-larangan dan perbuatan magis seperti pemakaian jimat atau benda-benda keramat dan sesaji.
Didaerah pedalaman seperti di pegunungan Pitu Ulunna Salu sebelum Islam masuk, religi budaya yang dikenal ketika itu adalah adat Mappurondo yang diterjemahkan sebagai bepeganng pada falsafah Pemali Appa Randanna.
Sedangkan untuk wilayah persekutuan Pitu Ba’bana Binanga sendiri, religi budayanya dapat ditemui pada peningglaanya yang berupa ritual dan upacara-upacara adapt yang tampaknya bisa dijadikan patokan bahwa ia besumber dari religi budaya dan kepercayaan masa lalunya. Seperti ritual Mappasoro (menghanyutkan sesaji di sungai) atau Mattula bala’ (menyiapkan sesjai untuk menolak musibah) dan lain sebagainya yang diyakini akan membawa manfaat kepada masyarakat yang melakukannya. Dari sini jelas tampak betapa symbol-simbol budaya itu berangkat dari religi budaya, yang untuk itu tidak dikenal dalam Islam.
Mata Pencarian
Masyarakat Mandar memiliki mata pencarian sebagai nelayan. Melaut bagi suku Mandar merupakan sebuah penyatuan diri dengan laut. Chistian Pelras dalam Manusia bugis (Nalar, 2006) menilai bahwa sebenarnya leluhur orang Mandarlah yang ulung melaut bukan orang Bugis seperti pendapat banyak orang.
Rumpon atau roppong dalam bahasa Mandar adalah tehnologi penangkapan ikan yang pertama kali ditemukan oleh pelaut Mandar, perahu sandeq adalah perahu tradisional bercadik yang tercepat dan ramah lingkunagn dikawasan Austronesia. Ide penciptanya berasal dari aral yang ditemukan pelaut mandar dilaut.
Mencari hidup dilaut bukanlah pekerjaan sembarangan bagi orang Mandar. Mereka tahu betul bagaimana beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi dilaut. Dikampung-kampung Mandar, alat tangkap tak semuanya sama, ada yang menggunakan sandeq dan ada juga yang menggunakan Baago, perahu Mandar yang tak bercadik.
Keunikan Adat Istiadat Suku Mandar Daerah Sulawesi Barat
1. KALINDAQDAQ
Dalam masyarakat mandar terdapat tradisi yang sangat unik. Sejak dahulu kala, menelisik keunikan tradisi mandar, salah satunya tercermin pada kegemaran penduduknya yang bila berinteraksi dengan sesama, senang menggunakan perumpamaan ketika hendak menyampaikan keinginannya dan bahkan sering juga di lantunkan dalam acara kegiatan mappatammaq/to messawe. Yang dimana berupa sindiran – sindiran yang bisa membuat para setiap to messawe tersipu malu dengan mendengar lantunan kalindaqdaq. Kalindaqdaq ini terkadang bernuansa sebuah puisi, rayuan kepada wanita, dan bahkan terkadang juga berisikan motivasi atau semangat kepada pejuang ketika dalam masa masa perjuangan di jaman perebutan kekuasaan atau wilayah kerajaan para raja – raja di mandar.
2. SAYYANG PATTU’DU
Ia berupa seekor kuda yang menari turut sebuah irama yang di perdengarkan dalam acara, seperti acara Khataman Qur’an(mappatammaq), acara pernikahan (tokaweng),dll. Sayyang pattu’du (kuda menari), begitulah masyarakat suku mandar menyebut acara yang diadakan dalam rangka untuk mensyukuri anak – anak yang khatam (tamat) Al – Qur’an. Bagi warga suku mandar, tamatnya anak –anak mereka membaca 30 jus Al – Qur’an merupakan sesuatu yang sangat istimewa, sehingga perlu disyukuri secara khusus dengan mengadakan pesta adat sayyang pattu’du. Pesta ini diadakan sekali setahun, bertepatan dengan bulan Maulid/Rabiul awwal ( kalender hijriyah).pesta tersebut menampilkan atraksi kuda berhias yang menari sembari ditunggangi anak – anak yang mengikuti acara tersebut. Bagi masyarakat mandar, khatam Al – qur’an dan acara adat sayyang pattu’du memiliki pertalian erat antara satu dengan yang lainnya. Acara ini tetap mereka lestarikan dengan baik, bahkan masyarakat suku mandar yang berdiam di luar sulawesi barat dengan sukarela akan kembali ke kampung halamannya demi mengikuti acara tersebut.
3. SOKKOL LEMEAJU
Sokkol lameaju merupakan sebuah makanan khas masyarakat suku mandar. Sokkol lameaju ini biasanya dibuat ketika masyarakat mandar lagi mengadakan acara keluarga,bahkan juga dalam keseharian ketika lagi dalam kesulitan mendapatkan beras. Bahan yang digunakan dalam membuat sokkol lameaju tersebut yaitu: lameaju/ubi.kacang ijo,kelapa. Dan cara pembuatannya sangat simpel.ubinya diparut kemudian di kukus bersama dengan kacang ijonya dan diberikan kelapa parut sedikit kemudian di kasi sedikit garam biar terasa nikmat rasa asinnya. Sokkol lameaju ini sangat bermanfaat kepada orang yang mempunyai penyakit gula dan juga sebagai pengganti beras.
4. PERAHU SANDEQ
Suku Mandar memiliki sebuah model perahu khas yang menjadi ciri mereka sendiri. Namanya adalah perahu Sandeq. Biasanya mereka menggunakannya dalam kegiatan sebagai nelayan. Dan saat ini Sandeq banyak digunakan untuk kegiatan balapan dalam event – event tertentu saja, seperti dalam perayaan 17 agustus hari kemerdekaan kita. Perahu sandeq ini sangat disukai banyak kalangan dan bahkan banyak menarik simpati para wisatawan asing. Karena perahu ini sangat trdisional dan bahkan bisa mengarungi benua, dan juga perahu sandeq ini tidak menggunakan mesin melainkan hanya menggunakan tenaga angin saja. Sungguh luar biasa. Inilah yang membuat para wisatawan asing tertarik melihat perahu sandek ketika perayaan hari kemerdekaan kita karena keunikannya dalam menaklukkan lautan yang hanya menggunakan tenaga angin saja.
5. LOKA ANJOROI
Loka anjoroi juga merupakan makanan khas suku mandar. Yang dimana makanan tersebut merupakan bisa menjadi pengganti beras ketika masyaraakat dalam masa – masa susahnya mendapatkan beras atau dengan kata lain gagal panen. Loka anjoroi terbuat dari pisang mentah yang di kukus lalu di campur dengan santan kelapa. Loka anjoroi ini sangat enak di makan dengan ikan asin kering yang di tumis hingga pedis.
6. PARRAWANA/REBANA
Dalam masyarakat Mandar banyak sekali tradisi – tradisi yang sangat unik. Salah satunya tercermin pada kegemaran penduduk masyarakat mandar adalah marrawana atau main rebana. Didalam mempermainkan alat musik tersebut biasanya di mainkan pada saat – saat ada kegiatan pesta perkawinan dan bahkan yang paling populer sekarang ini yaitu adalah di acara mappatammaq/tomissawe. Dimana rawana tersebut dimainkan dengan atraksi kuda berhias yang menari ketika mendengar lantunan suara rawana/rebana tersebut. Inilah keunikan masyarakat kita yang dimana bisa mebuat kuda menari dengan hanya mendengar suara rawana yang telah di mainkan oleh mansyarakat suku mandar
7. JEPA
Jepa merupakan makanan khas mandar yang menjadi pengganti beras ketika masyarakat suku mandar mengalami gagal panen. Jepa juga sangat paling di cari ketika ada seseorang mengalami penyakit gula. Jepa sangat bermanfaat bagi kalangan suku mandar terutama kepada para nelayan mandar yang biasa pergi melaut sampai berbulan – bulan lamanya. Karena jepa bisa bertahan sampai berbulan bulan,sedangkan beras terkadang busuk ketika sudah berbulan – bulan di simpan. sehingga para nelayan mandar sangat mengutamakan jepa ketimbang membawa beras. Jepa ini terbuat dari ubi kayu yang di parut lalu d peras agar airnya biasa keluar semua. Lalu kemudian di olah menjadi makanan dengan dimasak di atas Panjepangan. Panjepangan ini Semacam tanah liat yang di buat khusus menyerupai piring
Perkawinan Suku Mandar
Untuk perkawinan di daerah Mandar secara umum, garis besarnya melalui 14 fase seperti:
1) Massulajing
Massulajing artinya mencalonkan dan mencocokkan antara dua orang yang akan di persunting. Fase ini dilakukan oleh orang tua si lelaki berssama keluarga terdekat. Ini bermakna saling menghargai antara keluarga dan merupakan isyarat bahwa pengurusan dan seluruh tanggung jawab akan menjadi tanggung jawab bersama.
2) messisi’ atau Mammanu’manu
messisi’ adalah langkah permulaan yang berfungsi sebagai pembuka jalan dalam rangka pendekatan pihak laki-laki terhadap pihak wanita. Tugas ini biasanya dilakukan oleh satu atau dua orang diambil dari orang-orang yang kedudukannya dapat menengahi urusan ini. Artinya dia ada hubungan keluarga dengan wanita dan juga ada hubungan kelurga dengan pihak pria.
3) Mettumae atau Ma’duta
Mettumae atau ma’duta ialah mengirim utusan untuk melamar, merupakan proses lanjutan utuk lebih memastikan dan membuktikan hasil yang dicapai pada fase mammanu’-manu. Duta artinya utusan tediri dari bebrapa pasangan suami istri yang biasanya dari keluarga dekat, pemuka adat dan penghulu agama dengan berbusana secara adat.
4) Mambottoi Sorong
Sorong atau mas kawin adalah sesuatu yang memiliki nilai moral dan material yang mutlak ada dalam suatu perkawinan. Tanpa adanya mas kawin, perkawianan dianggap tidak sah menurut aturan adat maupun menurut syariat Islam.
Sedang menurut adapt istiadat suku Mandar, “sorong” adalah gambaran harga diri dan martabat wanita yang ditetapkan menurut aturan adat yang disahkan oleh hadat yang tidak boleh diganggu gugat atau ditawar-tawar naik turunnya
5) Membawa Paccanring
Membawa paccandring adalah pernyataan rasa gembira oleh pihak laki-laki atas tercapainya kesepakatan tentang sorong dan besar belanja. Yang dibawa dominan buah-buahan segala macam dan sebanyak mungkin. Menurut kebiasaan, paccanring ini dibagi-bagikan kepada segenap keluarga dan tetangga, dan pengantarnya harus dengana arak-arakan.
6) Ma’lolang
Adalah perkunjuangan laki-laki bersama sahabat-sahabatnya kerumah wanita. Ini merupakan pernyataan resminya pertunangan dan perkenalan pertama laki-laki yang akan dikawinkan kepada segenap keluarga pihak wanita.
Yang dilakukanya antara lain mengadakan permainan musik Gambus, Kecapi dan lain-lain. Mengenai konsumsi dalam acara ini ditanggung sepenuhnya oleh pihak laki-laki.
7) Mappadai Balaja
Artinya pihak laki-laki mengantar uang belanjaan yang telah disepakati kepihak wanita dengan arak-arakan yang lebih ramai lagi. Ini dilakukan sebelum ‘mata gau’ dan diantar sesuai permintaan pihak wanita.
8) Mappasau
Dilakukan pada malam hari menjelang besoknya persandingan. Mappasau artinya mandi uap, dimaksudkan agar semua bau busuk yang yang mungkin ada pada mempelai wanita menjadi hilang.
9) Pallattigiang
Pallatiang dalam suku Mandar ada 3 yaitu pellattigiang secara adat, pelattigiang adat oleh raja-raja, an pelattigiang secara pauli atau obat.
Pelaksanaan pelattigiang waktunya ada 2 macam :
Bersamaan dengan hari akad nikah
Sehari sebelum akad nikah
Pelaksanaan pellattigiang secara adat harus berbusana lengkap dengan keris di pinggang, khusus pellattiang pauli (obat), busana dan kelengkapan lainnya bebas.
10) Mambawa Pappadupa
Adalah perkunjungan utusan pihak wanita ke rumah pihak laki-laki membawa “lomo masarri atau manyak wangi” dan busana yang akan dipakai pada saat akad nikah. Maksud utama dari padduppa ini adalah pernyataan kesiapan dan kesedian calon mempelai wanita untuk dikawinkan. Ini dilakukan pada malam hari, menuju esonya akan dinikahkan.
11) Matanna Gau
Merupakan puncak dari segenap acara yang ada dalam upacara perkawinan. Pada bagian ini dilakukan arak-arakan yang lebih ramai ari sebelumnya untuk mengantar calon mempelai pria kerumah calon mempelai wanita.
13) Mando E Bunga
Artinya mandi bunga untuk menharumkan dan membersihkan diri dari hadas besar yang mungkinterjadi sesudah akad nikah. Ini dilakukan bersama-sama kedua mempelai dalam tempayan yang satu, untuk memasuki tahap berikutnya.
14) Marola atau Nipemaliangngi
Marola artinya mengikut atau rujuk ialah perkunjungan kedua mempelai kerumah mempelai pria. Kegiatan ini dilakukan hanya untuk bersenang-senang, bermain musik dan lain-lain. Kesempatan ini biasa orang tua pria melakukan pemberian barang-barang berharga seperti tanah, perkebunan, rumah dan sebagainya sebagai pernyataan syukur dan gembira terhadap terlaksananya perkawinan tersebut.
Demikian Keunikan Sejarah Budaya Adat Istiadat Suku Mandar Daerah Sulawesi Barat, semoga bermanfaat dan jangan lupa berkomentar dan berkunjung kembali
Adat Istiadat Suku Mandar - Suku Mandar adalah suku bangsa yang menempati wilayah Sulawesi Barat, serta sebagian Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah Populasi Suku Mandar dengan jumlah Signifikan juga dapat ditemui di luar Sulawesi seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Malaysia.
Pada sensus penduduk tahun 1980 didapati bahwa terdapat 300.000 orang Mandar di Sulawesi Selatan, tetapi ini lebih menunjukkan jumlah penutur bahasa Mandar pada tahun itu kabupaten Majene, Mamasa, dan Mamuju penutur bahasa Mandar juga banyak, maka angkanya akan lebih dari 300.000 jiwa di tiga kabupaten, Majene, Mamasa dan Mamuju pada waktu itu, karena sensus tahun 1980 menunjukkan jumlah penduduk Majene 120.830, Mamasa 360.384, Mamuju 99.796 sedangkan Makassar 709.000.
Mandar adalah nama suatu suku (etnis) yang terdapat di sulawesi selatan dan nama budaya dalam Lembaga Budayaan Nasional dan Lembaga Pengkajian Budaya Nasional. Diistilahkan sebagai etnis karena Mandar merupakan salah satu kelompok etnis dari empat suku yang mendiami kawasan provinsi Sulawesi Selatan yakni etnis Makassar (makasara’), etnis Bugis (ogi’), etnis Toraja (toraya). Pengelompokkan ini dimaksudkan dalam suatu kelompok pengkajian yang disebut “lagaligologi”.
Mandar sesuai dengan makna kuantitas yang dikandung dalam konteks geografis merupakan wilayah dari batas paku (wilayah polmas) sampai surename (wilayah kabupaten mamuju). Akan tetapi dalam makna kualitas serta symbol dapat kita batasi diri dalam lingkup kerajaan Balanipa sebagi peletak dasar pembangunan kerajaan (landasan idial dan landasan structural), dan sebagai bapak perserikatan seluruh kerajaan dalam wilayah mandar Pitu ulunna Salu dan Pitu Ba’pana Binanga.
Suku mandar adalah satu-satunya suku bahari dinusantara yang berhadapan langsung dengan laut dalam, tanpa ada pulau yang bergugus. Teknologi kelautan mereka sudah demikian sistematis, yang merupakan warisan dari nenek moyang mereka. Mandar sebagai salah satu suku di sulawesi selatan memiliki aneka ragam corak kebudayaan yang khas.
Agama
Pada umumnya dewasa ini suku Mandar adalah penganut agama Islam yang setia tetapi dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat lepas dari kepercayaan-kepercayaan seperti pemali, larangan-larangan dan perbuatan magis seperti pemakaian jimat atau benda-benda keramat dan sesaji.
Didaerah pedalaman seperti di pegunungan Pitu Ulunna Salu sebelum Islam masuk, religi budaya yang dikenal ketika itu adalah adat Mappurondo yang diterjemahkan sebagai bepeganng pada falsafah Pemali Appa Randanna.
Sedangkan untuk wilayah persekutuan Pitu Ba’bana Binanga sendiri, religi budayanya dapat ditemui pada peningglaanya yang berupa ritual dan upacara-upacara adapt yang tampaknya bisa dijadikan patokan bahwa ia besumber dari religi budaya dan kepercayaan masa lalunya. Seperti ritual Mappasoro (menghanyutkan sesaji di sungai) atau Mattula bala’ (menyiapkan sesjai untuk menolak musibah) dan lain sebagainya yang diyakini akan membawa manfaat kepada masyarakat yang melakukannya. Dari sini jelas tampak betapa symbol-simbol budaya itu berangkat dari religi budaya, yang untuk itu tidak dikenal dalam Islam.
Mata Pencarian
Masyarakat Mandar memiliki mata pencarian sebagai nelayan. Melaut bagi suku Mandar merupakan sebuah penyatuan diri dengan laut. Chistian Pelras dalam Manusia bugis (Nalar, 2006) menilai bahwa sebenarnya leluhur orang Mandarlah yang ulung melaut bukan orang Bugis seperti pendapat banyak orang.
Rumpon atau roppong dalam bahasa Mandar adalah tehnologi penangkapan ikan yang pertama kali ditemukan oleh pelaut Mandar, perahu sandeq adalah perahu tradisional bercadik yang tercepat dan ramah lingkunagn dikawasan Austronesia. Ide penciptanya berasal dari aral yang ditemukan pelaut mandar dilaut.
Mencari hidup dilaut bukanlah pekerjaan sembarangan bagi orang Mandar. Mereka tahu betul bagaimana beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi dilaut. Dikampung-kampung Mandar, alat tangkap tak semuanya sama, ada yang menggunakan sandeq dan ada juga yang menggunakan Baago, perahu Mandar yang tak bercadik.
Keunikan Adat Istiadat Suku Mandar Daerah Sulawesi Barat
1. KALINDAQDAQ
Dalam masyarakat mandar terdapat tradisi yang sangat unik. Sejak dahulu kala, menelisik keunikan tradisi mandar, salah satunya tercermin pada kegemaran penduduknya yang bila berinteraksi dengan sesama, senang menggunakan perumpamaan ketika hendak menyampaikan keinginannya dan bahkan sering juga di lantunkan dalam acara kegiatan mappatammaq/to messawe. Yang dimana berupa sindiran – sindiran yang bisa membuat para setiap to messawe tersipu malu dengan mendengar lantunan kalindaqdaq. Kalindaqdaq ini terkadang bernuansa sebuah puisi, rayuan kepada wanita, dan bahkan terkadang juga berisikan motivasi atau semangat kepada pejuang ketika dalam masa masa perjuangan di jaman perebutan kekuasaan atau wilayah kerajaan para raja – raja di mandar.
2. SAYYANG PATTU’DU
Ia berupa seekor kuda yang menari turut sebuah irama yang di perdengarkan dalam acara, seperti acara Khataman Qur’an(mappatammaq), acara pernikahan (tokaweng),dll. Sayyang pattu’du (kuda menari), begitulah masyarakat suku mandar menyebut acara yang diadakan dalam rangka untuk mensyukuri anak – anak yang khatam (tamat) Al – Qur’an. Bagi warga suku mandar, tamatnya anak –anak mereka membaca 30 jus Al – Qur’an merupakan sesuatu yang sangat istimewa, sehingga perlu disyukuri secara khusus dengan mengadakan pesta adat sayyang pattu’du. Pesta ini diadakan sekali setahun, bertepatan dengan bulan Maulid/Rabiul awwal ( kalender hijriyah).pesta tersebut menampilkan atraksi kuda berhias yang menari sembari ditunggangi anak – anak yang mengikuti acara tersebut. Bagi masyarakat mandar, khatam Al – qur’an dan acara adat sayyang pattu’du memiliki pertalian erat antara satu dengan yang lainnya. Acara ini tetap mereka lestarikan dengan baik, bahkan masyarakat suku mandar yang berdiam di luar sulawesi barat dengan sukarela akan kembali ke kampung halamannya demi mengikuti acara tersebut.
3. SOKKOL LEMEAJU
Sokkol lameaju merupakan sebuah makanan khas masyarakat suku mandar. Sokkol lameaju ini biasanya dibuat ketika masyarakat mandar lagi mengadakan acara keluarga,bahkan juga dalam keseharian ketika lagi dalam kesulitan mendapatkan beras. Bahan yang digunakan dalam membuat sokkol lameaju tersebut yaitu: lameaju/ubi.kacang ijo,kelapa. Dan cara pembuatannya sangat simpel.ubinya diparut kemudian di kukus bersama dengan kacang ijonya dan diberikan kelapa parut sedikit kemudian di kasi sedikit garam biar terasa nikmat rasa asinnya. Sokkol lameaju ini sangat bermanfaat kepada orang yang mempunyai penyakit gula dan juga sebagai pengganti beras.
4. PERAHU SANDEQ
Suku Mandar memiliki sebuah model perahu khas yang menjadi ciri mereka sendiri. Namanya adalah perahu Sandeq. Biasanya mereka menggunakannya dalam kegiatan sebagai nelayan. Dan saat ini Sandeq banyak digunakan untuk kegiatan balapan dalam event – event tertentu saja, seperti dalam perayaan 17 agustus hari kemerdekaan kita. Perahu sandeq ini sangat disukai banyak kalangan dan bahkan banyak menarik simpati para wisatawan asing. Karena perahu ini sangat trdisional dan bahkan bisa mengarungi benua, dan juga perahu sandeq ini tidak menggunakan mesin melainkan hanya menggunakan tenaga angin saja. Sungguh luar biasa. Inilah yang membuat para wisatawan asing tertarik melihat perahu sandek ketika perayaan hari kemerdekaan kita karena keunikannya dalam menaklukkan lautan yang hanya menggunakan tenaga angin saja.
5. LOKA ANJOROI
Loka anjoroi juga merupakan makanan khas suku mandar. Yang dimana makanan tersebut merupakan bisa menjadi pengganti beras ketika masyaraakat dalam masa – masa susahnya mendapatkan beras atau dengan kata lain gagal panen. Loka anjoroi terbuat dari pisang mentah yang di kukus lalu di campur dengan santan kelapa. Loka anjoroi ini sangat enak di makan dengan ikan asin kering yang di tumis hingga pedis.
6. PARRAWANA/REBANA
Dalam masyarakat Mandar banyak sekali tradisi – tradisi yang sangat unik. Salah satunya tercermin pada kegemaran penduduk masyarakat mandar adalah marrawana atau main rebana. Didalam mempermainkan alat musik tersebut biasanya di mainkan pada saat – saat ada kegiatan pesta perkawinan dan bahkan yang paling populer sekarang ini yaitu adalah di acara mappatammaq/tomissawe. Dimana rawana tersebut dimainkan dengan atraksi kuda berhias yang menari ketika mendengar lantunan suara rawana/rebana tersebut. Inilah keunikan masyarakat kita yang dimana bisa mebuat kuda menari dengan hanya mendengar suara rawana yang telah di mainkan oleh mansyarakat suku mandar
7. JEPA
Jepa merupakan makanan khas mandar yang menjadi pengganti beras ketika masyarakat suku mandar mengalami gagal panen. Jepa juga sangat paling di cari ketika ada seseorang mengalami penyakit gula. Jepa sangat bermanfaat bagi kalangan suku mandar terutama kepada para nelayan mandar yang biasa pergi melaut sampai berbulan – bulan lamanya. Karena jepa bisa bertahan sampai berbulan bulan,sedangkan beras terkadang busuk ketika sudah berbulan – bulan di simpan. sehingga para nelayan mandar sangat mengutamakan jepa ketimbang membawa beras. Jepa ini terbuat dari ubi kayu yang di parut lalu d peras agar airnya biasa keluar semua. Lalu kemudian di olah menjadi makanan dengan dimasak di atas Panjepangan. Panjepangan ini Semacam tanah liat yang di buat khusus menyerupai piring
Perkawinan Suku Mandar
Untuk perkawinan di daerah Mandar secara umum, garis besarnya melalui 14 fase seperti:
1) Massulajing
Massulajing artinya mencalonkan dan mencocokkan antara dua orang yang akan di persunting. Fase ini dilakukan oleh orang tua si lelaki berssama keluarga terdekat. Ini bermakna saling menghargai antara keluarga dan merupakan isyarat bahwa pengurusan dan seluruh tanggung jawab akan menjadi tanggung jawab bersama.
2) messisi’ atau Mammanu’manu
messisi’ adalah langkah permulaan yang berfungsi sebagai pembuka jalan dalam rangka pendekatan pihak laki-laki terhadap pihak wanita. Tugas ini biasanya dilakukan oleh satu atau dua orang diambil dari orang-orang yang kedudukannya dapat menengahi urusan ini. Artinya dia ada hubungan keluarga dengan wanita dan juga ada hubungan kelurga dengan pihak pria.
3) Mettumae atau Ma’duta
Mettumae atau ma’duta ialah mengirim utusan untuk melamar, merupakan proses lanjutan utuk lebih memastikan dan membuktikan hasil yang dicapai pada fase mammanu’-manu. Duta artinya utusan tediri dari bebrapa pasangan suami istri yang biasanya dari keluarga dekat, pemuka adat dan penghulu agama dengan berbusana secara adat.
4) Mambottoi Sorong
Sorong atau mas kawin adalah sesuatu yang memiliki nilai moral dan material yang mutlak ada dalam suatu perkawinan. Tanpa adanya mas kawin, perkawianan dianggap tidak sah menurut aturan adat maupun menurut syariat Islam.
Sedang menurut adapt istiadat suku Mandar, “sorong” adalah gambaran harga diri dan martabat wanita yang ditetapkan menurut aturan adat yang disahkan oleh hadat yang tidak boleh diganggu gugat atau ditawar-tawar naik turunnya
5) Membawa Paccanring
Membawa paccandring adalah pernyataan rasa gembira oleh pihak laki-laki atas tercapainya kesepakatan tentang sorong dan besar belanja. Yang dibawa dominan buah-buahan segala macam dan sebanyak mungkin. Menurut kebiasaan, paccanring ini dibagi-bagikan kepada segenap keluarga dan tetangga, dan pengantarnya harus dengana arak-arakan.
6) Ma’lolang
Adalah perkunjuangan laki-laki bersama sahabat-sahabatnya kerumah wanita. Ini merupakan pernyataan resminya pertunangan dan perkenalan pertama laki-laki yang akan dikawinkan kepada segenap keluarga pihak wanita.
Yang dilakukanya antara lain mengadakan permainan musik Gambus, Kecapi dan lain-lain. Mengenai konsumsi dalam acara ini ditanggung sepenuhnya oleh pihak laki-laki.
7) Mappadai Balaja
Artinya pihak laki-laki mengantar uang belanjaan yang telah disepakati kepihak wanita dengan arak-arakan yang lebih ramai lagi. Ini dilakukan sebelum ‘mata gau’ dan diantar sesuai permintaan pihak wanita.
8) Mappasau
Dilakukan pada malam hari menjelang besoknya persandingan. Mappasau artinya mandi uap, dimaksudkan agar semua bau busuk yang yang mungkin ada pada mempelai wanita menjadi hilang.
9) Pallattigiang
Pallatiang dalam suku Mandar ada 3 yaitu pellattigiang secara adat, pelattigiang adat oleh raja-raja, an pelattigiang secara pauli atau obat.
Pelaksanaan pelattigiang waktunya ada 2 macam :
Bersamaan dengan hari akad nikah
Sehari sebelum akad nikah
Pelaksanaan pellattigiang secara adat harus berbusana lengkap dengan keris di pinggang, khusus pellattiang pauli (obat), busana dan kelengkapan lainnya bebas.
10) Mambawa Pappadupa
Adalah perkunjungan utusan pihak wanita ke rumah pihak laki-laki membawa “lomo masarri atau manyak wangi” dan busana yang akan dipakai pada saat akad nikah. Maksud utama dari padduppa ini adalah pernyataan kesiapan dan kesedian calon mempelai wanita untuk dikawinkan. Ini dilakukan pada malam hari, menuju esonya akan dinikahkan.
11) Matanna Gau
Merupakan puncak dari segenap acara yang ada dalam upacara perkawinan. Pada bagian ini dilakukan arak-arakan yang lebih ramai ari sebelumnya untuk mengantar calon mempelai pria kerumah calon mempelai wanita.
13) Mando E Bunga
Artinya mandi bunga untuk menharumkan dan membersihkan diri dari hadas besar yang mungkinterjadi sesudah akad nikah. Ini dilakukan bersama-sama kedua mempelai dalam tempayan yang satu, untuk memasuki tahap berikutnya.
14) Marola atau Nipemaliangngi
Marola artinya mengikut atau rujuk ialah perkunjungan kedua mempelai kerumah mempelai pria. Kegiatan ini dilakukan hanya untuk bersenang-senang, bermain musik dan lain-lain. Kesempatan ini biasa orang tua pria melakukan pemberian barang-barang berharga seperti tanah, perkebunan, rumah dan sebagainya sebagai pernyataan syukur dan gembira terhadap terlaksananya perkawinan tersebut.
Demikian Keunikan Sejarah Budaya Adat Istiadat Suku Mandar Daerah Sulawesi Barat, semoga bermanfaat dan jangan lupa berkomentar dan berkunjung kembali
Baca Juga Artikel
Adat Istiadat Suku Dayak Kalimantan