Keunikan Sejarah Asal Usul Berdirinya Candi Prambanan atau Candi Rara Jonggrang
Keunikan Sejarah Asal Usul Berdirinya Candi Prambanan atau Candi Rara Jonggrang
Candi Prambanan atau Candi Rara Jonggrang adalah kompleks Candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi terletak di kecamatan Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta dan kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah .
Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa sansekerta yang bermakna: 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.
Candi ini terletak di desa Prambanan, pulau Jawa, kurang lebih 20 kilometer timur Yogyakarta, 40 kilometer barat Surakarta dan 120 kilometer selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Rara Jonggrang terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara kabupaten Sleman dan Klaten. Karena terletak di desa Prambanan, maka candi ini disebut candi Prambanan tetapi juga terkenal sebagai candi rara Jonggrang, sebuah nama yang diambil dari legenda rara Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Beginilah ceritanya.
Legenda Candi Prambanan
Konon tersebutlah seorang raja yang bernama Prabu Baka. Beliau bertahta di Prambanan. Raja ini seorang raksasa yang menakutkan dan besar kekuasaannya. Meskipun demikian, kalau sudah takdir, akhirnya dia kalah juga dengan Raja Pengging. Prabu Baka meninggal di medan perang. Kemenangan Raja Pengging itu disebabkan karena bantuan orang kuat yang bernama Bondowoso yang juga terkenal sebagai Bandung Bondowoso karena dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung.
Dengan persetujuan Raja Pengging, Bandung Bondowoso menempati Istana Prambanan. Di sini dia terpesona oleh kecantikan rara Jonggrang, putri bekas lawannya, bahkan putri raja yang dibunuhnya. Bagaimanapun juga, dia akan memperistrinya.
rara Jonggrang takut menolak pinangan itu. Namun demikian, dia tidak akan menerimanya begitu saja. Dia mau kawin dengan Bandung Bondowoso asalkan syarat-syaratnya dipenuhi. Syaratnya ialah supaya dia dibuatkan seribu candi dan dua sumur yang dalam. Semuanya harus selesai dalam waktu semalam. Bandung Bondowoso menyanggupinya, meskipun agak keberatan. Dia minta bantuan ayahnya sendiri, orang sakti yang mempunyai balatentara roh-roh halus.
Pada hari yang ditentukan, Bandung Bondowoso beserta pengikutnya dan roh-roh halus mulai membangun candi yang besar jumlahnya itu. Sangatlah mengherankan cara dan kecepatan mereka bekerja. Sesudah jam empat pagi hanya tinggal lima buah candi yang harus disiapkan. Di samping itu sumurnya pun sudah hampir selesai.
Seluruh penghuni Istana Prambanan menjadi kebingungan karena mereka yakin bahwa semua syarat rara Jonggrang akan terpenuhi. Apa yang harus diperbuat? Segera gadis-gadis dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di lesung serta menaburkan bunga yang harum baunya. Mendengar bunyi lesung dan mencium bau bunga-bungaan yang harum, roh-roh halus menghentikan pekerjaan mereka karena mereka kira hari sudah siang. Pembuatan candi kurang sebuah, tetapi apa hendak dikata, roh halus berhenti mengerjakan tugasnya dan tanpa bantuan mereka tidak mungkin Bandung Bondowoso menyelesaikannya.
Keesokan harinya waktu Bandung Bondowoso mengetahui bahwa usahanya gagal, bukan main marahnya. Dia mengutuk para gadis di sekitar Prambanan tidak akan ada orang yang mau memperistri mereka sampai mereka menjadi perawan tua. Sedangkan rara Jonggrang sendiri dikutuk menjadi arca. Arca tersebut terdapat dalam ruang candi yang besar yang sampai sekarang dinamai candi rara Jonggrang. Candi-candi yang ada di dekatnya disebut Candi Sewu yang artinya seribu.
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih kecil. Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, Candi Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia
Candi Prambanan Masa Wangsa Sanjaya
Candi Prambanan dibangun oleh Wangsa Sanjaya, sebuah dinasti yang kemunculannya mengakhiri kejayaan Dinasti Wangsa Syailendra. Berdasarkan sejarah Candi Prambanan, tokoh yang berjasa dalam pembangunan candi ini adalah Rakai Pikatan yang juga merupakan menantu dari Raja Samaratungga dari Dinasti Wangsa Syailendra.
Dalam sejarah Candi Prambanan istilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan kali pertama oleh sejarahwan yatiu Dr. Bosch dalam salah satu karangannya yang berjudul “Sriwijaya, de Sailendrawamsa en de Sanjayawamsa (1952)”. Di dalam karyanya itu, Bosch menyebutkan tentang adanya dua dinasti yang berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Dinasti Syailendra. Menurut Bosch, istilah Wangsa Sanjaya sendiri juga merujuk pada nama pendiri Kerajaan Medang, yaitu Sanjaya yang memerintah sekitar tahun 732.
Berbeda dengan Dinasti Syailendra yang menganut agama Budha Mahayana, Dinasti Sanjaya menganut agama Hindu aliran Siwa, dan berkiblat ke Kunjara dari di daerah India. Ibu sanjaya bernama Sanaha dan termasuk cucu Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga di Jepara. Sementara ayahnya bernama Sena/Senna/Bratasenawa yang tidak lain adalah putra Raja Mandiminak, raja galuh kedua (702-709 Masehi). Sehingga Sanjaya menjadi penerus Kerajaan galuh yang sah.
Wangsa Sanjaya membangun hubungan kekeluargaan dengan Wangsa Syailendra melalui hubungan pernikahan antar Pramordawardhani, putri Raja Samaratungga (Penguasa Dinasti Syailendra) dengan Rakai Pikatan, salah seorang keturunan Sanjaya pada tahun 840 Masehi.
Sejarah candi prambanan
Sejarah Candi Prambanan dimulai dari keinginan Raja Pikatan untuk menunjukkan pengaruhnya. Sehingga kemudian Raja Pikatan dan Balitung yang menganut agama Hindu mendirikan Candi Prambanan pada tahun 850 Masehi. Di dalam Prasasti wantil dan Prasasti Siwagreha yang dikeluarkan pada tanggal 11 November 856 disebutkan tentang pendirian Mamratipura dan juga bangunan suci Siwagreha, yang diterjemahkan sebagai Candi Siwa. Berdasarkan ciri-ciri yang digabarkan dalam prasasti, maka Candi Siwa sangat identik dengan gambaran yang ada dalam prasasti tersebut.
Sekarang kita tahu bahwa candi Prambanan merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Asia Tenggara. Namun, kejayaan Hindu bersama didirikannya bangunan sejarah candi prambanan itu tidak berlangsung lama. Sebab, menurut sejarah Candi Prambanan sudah tidak difungsikan lagi sejak tahun 928. Hal ini terjadi karena adanya perpindahan istana Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Alasan perpindahan ini diduga karena akibat letusan Gunung Merapi atau mendapat serangan dari Sriwijaya
Sejarah Candi Prambanan
Para Ahli Arkeologi (ilmu Purbakala) sepakat untuk mengaitkan Prasasti Siwargha dengan sejarah Candi Prambanan. Hal ini dikarenakan pada salah satu baitnya diuraikan secara rinci suatu gugusan candi yang bernama Siwargha atau Siwalaya.
De Casparis yang berhasil membaca Prasasti Siwargha membagi isi prasasti menjadi dua bagian, yaitu: bagian yang berkaitan dengan pendirian bangunan suci dan bagian yang berhubungan dengan peresmian serta penetapan tanah perdikan (Sima).
Pada bagian pertama disebutkan, bahwa setelah keadaan tanah dan damai, sang raja memerintahkan pembuatan sebuah dharma (kompleks atau gugusan candi). Gugusan candi tersebut mempunyai pagar keliling. Di setiap pintunya dijaga oleh Dwarapala yang tampak sangat menakutkan. Terdapat bangunan-bangunan kecil yang berderet-deret dan bersap-sap mengitari candi induk, bentuknya sama, tingginya sama, demikian pula maksudnya. Bangunan-bangunan kecil ini disebut Candi Perwara, semua berjumlah 224 buah.
Pada bagian kedua Prasasti Siwargha, disebutkan bahwa pada hari Kamis Wage tanggal 11 bulan margasira tahun Saka 778 (11 November 856 Masehi) bangunan kuil selesai dibangun dan diresmikan patung dewanya. Setelah kuil Siwalaya itu selesai seluruhnya dalam kemegahan yang menakjubkan, dialihkan aliran sungai sehingga airnya menyususri sisi-sisi halaman candi. Tanah yang menjadi batas-batas percandian diresmikan. Selain itu ditetapkan pula sawah-sawah yang menjadi “sawah dharma” bagi kuil Siwa.
Prasasti Siwargha dan Prasasti Kedu (Prasasti Matiasih) tahun 907 Masehi, memuat daftar lengkap raja-raja Dinasti Sanjaya. Dari prasasti tersebut dapat diketahui bahwa yang memerintahkan pembangunan Candi Prambanan adalah Sri Maharaja Rakai Pikatan.
Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa sansekerta yang bermakna: 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.
Candi ini terletak di desa Prambanan, pulau Jawa, kurang lebih 20 kilometer timur Yogyakarta, 40 kilometer barat Surakarta dan 120 kilometer selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Rara Jonggrang terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara kabupaten Sleman dan Klaten. Karena terletak di desa Prambanan, maka candi ini disebut candi Prambanan tetapi juga terkenal sebagai candi rara Jonggrang, sebuah nama yang diambil dari legenda rara Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Beginilah ceritanya.
Legenda Candi Prambanan
Konon tersebutlah seorang raja yang bernama Prabu Baka. Beliau bertahta di Prambanan. Raja ini seorang raksasa yang menakutkan dan besar kekuasaannya. Meskipun demikian, kalau sudah takdir, akhirnya dia kalah juga dengan Raja Pengging. Prabu Baka meninggal di medan perang. Kemenangan Raja Pengging itu disebabkan karena bantuan orang kuat yang bernama Bondowoso yang juga terkenal sebagai Bandung Bondowoso karena dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung.
Dengan persetujuan Raja Pengging, Bandung Bondowoso menempati Istana Prambanan. Di sini dia terpesona oleh kecantikan rara Jonggrang, putri bekas lawannya, bahkan putri raja yang dibunuhnya. Bagaimanapun juga, dia akan memperistrinya.
rara Jonggrang takut menolak pinangan itu. Namun demikian, dia tidak akan menerimanya begitu saja. Dia mau kawin dengan Bandung Bondowoso asalkan syarat-syaratnya dipenuhi. Syaratnya ialah supaya dia dibuatkan seribu candi dan dua sumur yang dalam. Semuanya harus selesai dalam waktu semalam. Bandung Bondowoso menyanggupinya, meskipun agak keberatan. Dia minta bantuan ayahnya sendiri, orang sakti yang mempunyai balatentara roh-roh halus.
Pada hari yang ditentukan, Bandung Bondowoso beserta pengikutnya dan roh-roh halus mulai membangun candi yang besar jumlahnya itu. Sangatlah mengherankan cara dan kecepatan mereka bekerja. Sesudah jam empat pagi hanya tinggal lima buah candi yang harus disiapkan. Di samping itu sumurnya pun sudah hampir selesai.
Seluruh penghuni Istana Prambanan menjadi kebingungan karena mereka yakin bahwa semua syarat rara Jonggrang akan terpenuhi. Apa yang harus diperbuat? Segera gadis-gadis dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di lesung serta menaburkan bunga yang harum baunya. Mendengar bunyi lesung dan mencium bau bunga-bungaan yang harum, roh-roh halus menghentikan pekerjaan mereka karena mereka kira hari sudah siang. Pembuatan candi kurang sebuah, tetapi apa hendak dikata, roh halus berhenti mengerjakan tugasnya dan tanpa bantuan mereka tidak mungkin Bandung Bondowoso menyelesaikannya.
Keesokan harinya waktu Bandung Bondowoso mengetahui bahwa usahanya gagal, bukan main marahnya. Dia mengutuk para gadis di sekitar Prambanan tidak akan ada orang yang mau memperistri mereka sampai mereka menjadi perawan tua. Sedangkan rara Jonggrang sendiri dikutuk menjadi arca. Arca tersebut terdapat dalam ruang candi yang besar yang sampai sekarang dinamai candi rara Jonggrang. Candi-candi yang ada di dekatnya disebut Candi Sewu yang artinya seribu.
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih kecil. Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, Candi Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia
Candi Prambanan Masa Wangsa Sanjaya
Candi Prambanan dibangun oleh Wangsa Sanjaya, sebuah dinasti yang kemunculannya mengakhiri kejayaan Dinasti Wangsa Syailendra. Berdasarkan sejarah Candi Prambanan, tokoh yang berjasa dalam pembangunan candi ini adalah Rakai Pikatan yang juga merupakan menantu dari Raja Samaratungga dari Dinasti Wangsa Syailendra.
Dalam sejarah Candi Prambanan istilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan kali pertama oleh sejarahwan yatiu Dr. Bosch dalam salah satu karangannya yang berjudul “Sriwijaya, de Sailendrawamsa en de Sanjayawamsa (1952)”. Di dalam karyanya itu, Bosch menyebutkan tentang adanya dua dinasti yang berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Dinasti Syailendra. Menurut Bosch, istilah Wangsa Sanjaya sendiri juga merujuk pada nama pendiri Kerajaan Medang, yaitu Sanjaya yang memerintah sekitar tahun 732.
Berbeda dengan Dinasti Syailendra yang menganut agama Budha Mahayana, Dinasti Sanjaya menganut agama Hindu aliran Siwa, dan berkiblat ke Kunjara dari di daerah India. Ibu sanjaya bernama Sanaha dan termasuk cucu Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga di Jepara. Sementara ayahnya bernama Sena/Senna/Bratasenawa yang tidak lain adalah putra Raja Mandiminak, raja galuh kedua (702-709 Masehi). Sehingga Sanjaya menjadi penerus Kerajaan galuh yang sah.
Wangsa Sanjaya membangun hubungan kekeluargaan dengan Wangsa Syailendra melalui hubungan pernikahan antar Pramordawardhani, putri Raja Samaratungga (Penguasa Dinasti Syailendra) dengan Rakai Pikatan, salah seorang keturunan Sanjaya pada tahun 840 Masehi.
Sejarah candi prambanan
Sejarah Candi Prambanan dimulai dari keinginan Raja Pikatan untuk menunjukkan pengaruhnya. Sehingga kemudian Raja Pikatan dan Balitung yang menganut agama Hindu mendirikan Candi Prambanan pada tahun 850 Masehi. Di dalam Prasasti wantil dan Prasasti Siwagreha yang dikeluarkan pada tanggal 11 November 856 disebutkan tentang pendirian Mamratipura dan juga bangunan suci Siwagreha, yang diterjemahkan sebagai Candi Siwa. Berdasarkan ciri-ciri yang digabarkan dalam prasasti, maka Candi Siwa sangat identik dengan gambaran yang ada dalam prasasti tersebut.
Sekarang kita tahu bahwa candi Prambanan merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Asia Tenggara. Namun, kejayaan Hindu bersama didirikannya bangunan sejarah candi prambanan itu tidak berlangsung lama. Sebab, menurut sejarah Candi Prambanan sudah tidak difungsikan lagi sejak tahun 928. Hal ini terjadi karena adanya perpindahan istana Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Alasan perpindahan ini diduga karena akibat letusan Gunung Merapi atau mendapat serangan dari Sriwijaya
Sejarah Candi Prambanan
Para Ahli Arkeologi (ilmu Purbakala) sepakat untuk mengaitkan Prasasti Siwargha dengan sejarah Candi Prambanan. Hal ini dikarenakan pada salah satu baitnya diuraikan secara rinci suatu gugusan candi yang bernama Siwargha atau Siwalaya.
De Casparis yang berhasil membaca Prasasti Siwargha membagi isi prasasti menjadi dua bagian, yaitu: bagian yang berkaitan dengan pendirian bangunan suci dan bagian yang berhubungan dengan peresmian serta penetapan tanah perdikan (Sima).
Pada bagian pertama disebutkan, bahwa setelah keadaan tanah dan damai, sang raja memerintahkan pembuatan sebuah dharma (kompleks atau gugusan candi). Gugusan candi tersebut mempunyai pagar keliling. Di setiap pintunya dijaga oleh Dwarapala yang tampak sangat menakutkan. Terdapat bangunan-bangunan kecil yang berderet-deret dan bersap-sap mengitari candi induk, bentuknya sama, tingginya sama, demikian pula maksudnya. Bangunan-bangunan kecil ini disebut Candi Perwara, semua berjumlah 224 buah.
Pada bagian kedua Prasasti Siwargha, disebutkan bahwa pada hari Kamis Wage tanggal 11 bulan margasira tahun Saka 778 (11 November 856 Masehi) bangunan kuil selesai dibangun dan diresmikan patung dewanya. Setelah kuil Siwalaya itu selesai seluruhnya dalam kemegahan yang menakjubkan, dialihkan aliran sungai sehingga airnya menyususri sisi-sisi halaman candi. Tanah yang menjadi batas-batas percandian diresmikan. Selain itu ditetapkan pula sawah-sawah yang menjadi “sawah dharma” bagi kuil Siwa.
Prasasti Siwargha dan Prasasti Kedu (Prasasti Matiasih) tahun 907 Masehi, memuat daftar lengkap raja-raja Dinasti Sanjaya. Dari prasasti tersebut dapat diketahui bahwa yang memerintahkan pembangunan Candi Prambanan adalah Sri Maharaja Rakai Pikatan.