Keunikan Sejarah Budaya Ondel-Ondel Betawi Daerah DKI Jakarta
Keunikan Sejarah Budaya Ondel-Ondel Betawi Daerah DKI Jakarta
Ondel-Ondel Betawi - Ondel- Ondel merupakan bagian dari sejarah kebudayaan asli Nusantara yang kemudian menjadi kebudayaan khas betawi dari Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Menurut cerita yang berkembang, dahulu banyak terdapat penyakit yang tidak diketahui oleh masyarakat betawi. Penyakit tersebut diyakini karena ulah dari roh jahat yang datang ke kampung. Karena masalah ini, masyarakat kemudian melaksanakan sebuah ritual yang melibatkan sebuah boneka raksasa bertampang menyeramkan yang sedang menghisap ganja. Dan setelah boneka itu di arak keliling kampung oleh masyarakat sekitar, penyaki itu pun kemudian hilang. Dari sinilah kemudian Ondel- Ondel digunakan sebagai boneka penolak bala dan wabah penyakit oleh masyarakat betawi. Karena masyarakat setempat menjadikan Ondel- Ondel sebagai personafikasi dari nenek moyang atau leluhur yang akan melindungi mereka.
Kini Ondel-ondel merupakan pertunjukan rakyat di Jakarta dan sekitarnya, yang dewasa ini menjadi salah satu aset budaya warisan Betawi dan simbol dari budaya tradisi leluhur masyarakat betawi. Disamping untuk memeriahkan arak-arakan pada masa yang lalu biasa pula mengadakan pertunjukan keliling, “Ngamen”. Terutama pada perayaan-perayaan Tahun Baru, baik masehi maupun Imlek. Sasaran pada perayaan Tahun Baru Masehi daerah Menteng, yang banyak dihuni orang-orang Kristen.Pendukung utama kesenian ondel-ondel petani yang termasuk “abangan”, khususnya yang terdapat di daerah pinggiran kota Jakarta dan sekitarnya.
Ondel-ondel sendiri berbentuk boneka besar dengan rangka anyaman bambu dengan ukuran kurang lebih 2,5M, tingginya dan garis tengahnya kurang dari 80 cm. Dibuat demikian rupa agar pemikulnya yang berada didalamnya dapat bergerak agak leluasa. Rambutnya dibuat dari ijuk,”duk” kata orang Betawi. Mukanya berbentuk topeng atau kedok, dengan mata bundar (bulat) melotot.
Dahulu dalam membuat Ondel- Ondel harus melewati ritual sakral yang tidak bisa sembarangan. Sang pengrajin, sebelum memulai membuat Ondel- Ondel, haruslah mempersiapkan beberapa syarat dan sesajian seperti kemenyan, kembang 7 rupa dan lain- lain. Hal ini dipercaya mampu menolak roh jahat masuk ke dalam boneka.
Pembuatan ondel-ondel dilakukan secara tertib, baik waktu membentuk kedoknya demikian pula pada waktu menganyam badannya dengan bahan bambu. Sebelum pekerjaan dimulai, biasanya disediakan sesajen yang antara lain berisi bubur merah putih, rujak-rujakan tujuh rupa, bunga-bungaan tujuh macam dan sebagainya, disamping sudah pasti di bakari kemenyan.
Demikian pula ondel-ondel yang sudah jadi, biasa pula disediakan sesajen dan dibakari kemenyan, disertai mantera-mantera ditujukan kepada roh halus yang dianggap menunggui ondel-ondel tersebut. Sebelum dikeluarkan dari tempat penyimpanan, bila akan berangkat main, senantias diadakan sesajen. Pembakaran kemenyan dilakukan oleh pimpinan rombongan, atau salah seorang yang dituakan. Menurut istilah setempat upacara demikian disebut “Ukup” atau “ngukup”.
Sekarang dalam membuat Ondel- Ondel terdapat pergeseran ritual dan fungsi dari Ondel- Ondel iti sendiri sehingga tanpa dibarengi ritual khusus dalam proses pembuatannya.
Musik yang mengiringi ondel-ondel tidak tentu, tergantung dari masing-masing rombongan. Ada yang diiringi tanjidor, seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Gejen, Kampung Setu. Ada yang diiringi dengan pencak Betawi seperti rombongan “Beringin Sakti” pimpinan Duloh, sekarang pimpinan Yasin, dari Rawasari. Adapula yang diirig Bende, “Remes”, Ningnong dan Rebana ketimpring, seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Lamoh, Kalideres.
Demikian Keunikan Sejarah Budaya Ondel-Ondel Betawi Daerah DKI Jakarta
Kini Ondel-ondel merupakan pertunjukan rakyat di Jakarta dan sekitarnya, yang dewasa ini menjadi salah satu aset budaya warisan Betawi dan simbol dari budaya tradisi leluhur masyarakat betawi. Disamping untuk memeriahkan arak-arakan pada masa yang lalu biasa pula mengadakan pertunjukan keliling, “Ngamen”. Terutama pada perayaan-perayaan Tahun Baru, baik masehi maupun Imlek. Sasaran pada perayaan Tahun Baru Masehi daerah Menteng, yang banyak dihuni orang-orang Kristen.Pendukung utama kesenian ondel-ondel petani yang termasuk “abangan”, khususnya yang terdapat di daerah pinggiran kota Jakarta dan sekitarnya.
Ondel-ondel sendiri berbentuk boneka besar dengan rangka anyaman bambu dengan ukuran kurang lebih 2,5M, tingginya dan garis tengahnya kurang dari 80 cm. Dibuat demikian rupa agar pemikulnya yang berada didalamnya dapat bergerak agak leluasa. Rambutnya dibuat dari ijuk,”duk” kata orang Betawi. Mukanya berbentuk topeng atau kedok, dengan mata bundar (bulat) melotot.
Dahulu dalam membuat Ondel- Ondel harus melewati ritual sakral yang tidak bisa sembarangan. Sang pengrajin, sebelum memulai membuat Ondel- Ondel, haruslah mempersiapkan beberapa syarat dan sesajian seperti kemenyan, kembang 7 rupa dan lain- lain. Hal ini dipercaya mampu menolak roh jahat masuk ke dalam boneka.
Pembuatan ondel-ondel dilakukan secara tertib, baik waktu membentuk kedoknya demikian pula pada waktu menganyam badannya dengan bahan bambu. Sebelum pekerjaan dimulai, biasanya disediakan sesajen yang antara lain berisi bubur merah putih, rujak-rujakan tujuh rupa, bunga-bungaan tujuh macam dan sebagainya, disamping sudah pasti di bakari kemenyan.
Demikian pula ondel-ondel yang sudah jadi, biasa pula disediakan sesajen dan dibakari kemenyan, disertai mantera-mantera ditujukan kepada roh halus yang dianggap menunggui ondel-ondel tersebut. Sebelum dikeluarkan dari tempat penyimpanan, bila akan berangkat main, senantias diadakan sesajen. Pembakaran kemenyan dilakukan oleh pimpinan rombongan, atau salah seorang yang dituakan. Menurut istilah setempat upacara demikian disebut “Ukup” atau “ngukup”.
Sekarang dalam membuat Ondel- Ondel terdapat pergeseran ritual dan fungsi dari Ondel- Ondel iti sendiri sehingga tanpa dibarengi ritual khusus dalam proses pembuatannya.
Musik yang mengiringi ondel-ondel tidak tentu, tergantung dari masing-masing rombongan. Ada yang diiringi tanjidor, seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Gejen, Kampung Setu. Ada yang diiringi dengan pencak Betawi seperti rombongan “Beringin Sakti” pimpinan Duloh, sekarang pimpinan Yasin, dari Rawasari. Adapula yang diirig Bende, “Remes”, Ningnong dan Rebana ketimpring, seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Lamoh, Kalideres.
Demikian Keunikan Sejarah Budaya Ondel-Ondel Betawi Daerah DKI Jakarta