Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Asal Mula Sejarah Berdirinya Kota Bandung Kota Kembang

Asal-Mula-Sejarah-Berdirinya-Kota-Bandung-Kota-Kembang

Asal Mula Sejarah Berdirinya Kota Bandung Kota Kembang  

Sejarah Kota Bandung bermula dari Legenda Sangkuriang yang menceritakan bagaimana terbentuknya danau Bandung dan Gunung Tangkuban Perahu. Air dari danau Bandung menurut legenda, mulai mengering karena mengalir melalui sebuah gua yang bernama Sanghyang Tikoro. Situ Aksan merupakan daerah terakhir dari sisa-sisa Danau Bandung yang telah kering. Pada tahun 1970-an masih merupakan danau tempat pariwisata, hingga saat ini sudah menjadi daerah perumahan untuk permukiman.

Kata "Bandung" berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk telaga. Legenda yang diceritakan oleh orang-orang tua di Bandung mengatakan bahwa nama "Bandung" diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari Citarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama di Dayeuhkolot.

A. Asal Nama Bandung

Ada juga yang mengatakan bahwa, kata "bandung" dalam bahasa Indonesia, identik dengan kata "banding" dalam bahasa Indonesia, berarti berdampingan. Ngabanding (Sunda) berarti berdampingan atau berdekatan. Hal ini antara lain dinyatakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (1994) dan Kamus Sunda-Indonesia terbitan Pustaka Setia (1996), bahwa kata "bandung" berarti berpasangan dan berarti pula berdampingan.
Berdasarkan filosofi Sunda, kata "Bandung" berasal dari kalimat "Nga-Bandung-an Banda Indung", yang merupakan kalimat sakral dan luhur karena mengandung nilai ajaran Sunda. Nga-"Bandung"-an artinya menyaksikan atau bersaksi. "Banda" adalah segala sesuatu yang berada di alam hidup yaitu di bumi dan atmosfer, baik makhluk hidup maupun benda mati. "Indung" adalah Bumi, disebut juga sebagai "Ibu Pertiwi" tempat "Banda" berada. Dari Bumi-lah semua dilahirkan ke alam hidup sebagai "Banda". Segala sesuatu yang berada di alam hidup adalah "Banda Indung", yaitu Bumi, air, tanah, api, tumbuhan, hewan, manusia dan segala isi perut bumi. Langit yang berada di luar atmosfir adalah tempat yang menyaksikan, "Nu Nga-Bandung-an". Yang disebut sebagai Wasa atau Sanghyang Wisesa, yang berkuasa di langit tanpa batas dan seluruh alam semesta termasuk Bumi. Jadi kata Bandung mempunyai nilai filosofis sebagai alam tempat segala makhluk hidup maupun benda mati yang lahir dan tinggal di Ibu Pertiwi yang keberadaanya disaksikan oleh yang Maha Kuasa.


B. Berdirinya Kabupaten Bandung

Sebelum berdirinya Kabupaten Bandung, daerah Bandung dikenal dengan sebutan “Tatar Ukur”
Tatar Ukur adalah daerah Kerajaan Timbanganten dengan ibu kota Tehalluar.
 Kerajaan ini merupakan bagian dari kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran.
 Raja yang memerintah yaitu Prabu Pandaan Ukur, Dipati Agung dan Dipati Ukur

C. Bandung berada di bawah Kekuasaan pihak lain

1. Mataram

 Ketika Kerajaan Pajajaran runtuh oleh serangan Banten (1579/1580) Tatar Ukur berada di bawah kekuasaan Mataram. Banten dan Mataram adalah 2 kerajaan yang saling bersaing.
Tatar Ukur waktu itu berada di bawah kekuasaan kerajaan Sumedang. Kerajaan Sumedang dihadapkan pada 2 pilihan untuk tunduk apakah kepada Mataram atau Banten.
 Kerajaan Sumedang akhirnya lebih memilih kepada Mataram dan secara langsung Tatar Ukur berada di bawah kekuasaan Mataram. Sebutan wilayah kerajaan Sumedang yaitu Priangan
Untuk mengendalikan kekuasaan di Pringan Raja Mataram (Sultan Agung) Mengang Raden Aria
Suriadiwangsa/Rangga Gempol I (Raja Sumedang) menjadi Bupati Wedana

Wilayah Priangan merupakan wilayah pertahanan sebelah barat Mataram dalam menghadapi VOC di Batavia Sultan Agung pernah memerintah Rangga Gempol I dan Dipati Ukur untuk memimpin penyerangan kepada VOC di Batavia. Serangan yang dipimpin oleh Dipati Ukur mengalami kegagalan dan Dipati Ukur khawatir akan dihukum maka ia beserta pasukannya membangkang pada mataram  Pembangkangan Dipati Ukur oleh Mataram dianggap sebagai pemberontakan dan Dipati Ukur dihukum mati oleh Mataram. Akibat pemberontakan Dipati Ukur maka Mataram melakukan reorganisasi wilayah di Priangan yaitu daerah Priangan di luar Sumedang dan Galuh dibagi menjadi tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Parakanmuncang dan Kabupaten Sukapura

2. Bandung di bawah kekuasaan VOC

Bandung berada di bawah kekuasaan Mataram hingga akhir tahun 1677  Mataram dan VOC mengadakan perjanjian pada tanggal 19-20 Oktober 1677 dan salah satu isi perjanjian tersebut yaitu Mataram menyerahkan wilayah Priangan kepada VOC. Para Bupati Priangan harus tunduk
kepada VOC termasuk Bupati Bandung.

C. Perubahan-Perubahan Penting di Kota Bandung

1. Perpindahan Ibu Kota

 Pada masa kekuasaan VOC ibu kota Bandung berada di Krapyak terletak di sebelah selatan.
 Daerah Krapyak sebagai ibu kota tidak strategis karena sering terkena banjir sungai Citarum.
 Pada masa R.A. Wiranatakusuma II direncanakan pemindahan ibu kota ke sebelah utara Krapyak.

2. Pembangunan Jalan Raya Pos

 Pembangunan jalan raya pos dilakukan oleh Gubernur Jenderal Daendels (1803- 1811).
Jalan raya pos adalah jalan raya yang melintang di pulau jawa yaitu dari Anyer hingga Panarukan.
Bandung termasuk daerah yang dilintasi jalan raya pos yaitu mulai dari Cihea sebelah barat hingga Ujungberung kaler di bagian timur laut berbatasan dengan kabupaten Sumedang.
Pembangunan jalan raya pos berdampak dan beriringan dengan pemindahan ibu kota Bandung.
 Pemindahan ibu kota Bandung semula di Cikalintu (daerah Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir.  Ketika pembangunan jalan raya pos Daendels memerintahkan kepada Bupati Bandung (Wiranatakusumah II) agar membangun ibu kota di dekat jembatan Cikapundung sebuah jembatan (jembatan di jl. Asia Afrika dekat gedung PLN sekarang) jalan raya pos. Ibu kota kabupaten Bandung oleh R.A. Wiranatakusumah II dibangun bersama rakyatnya di sebelah barat sungai Cikapundung.

3. Pembangunan Tata Kota Bandung

Tata kota Bandung dirancang berdasarkan pola kota tradisional meniru kota kerajaan. Ciri-ciri dari kota tradisional yaitu alun-alun sebagai pusat kota dengan pohon beringin di tengahnya, pendopo kabupaten, mesjid dan Bale Bandung atau Balai Kota (Stadhuis)/Paseban atau Babancong Bangunan-bangunan tersebut dibangun di sebelah selatan, barat dan utara dari alun-alun. Komponen lainnya yang dibangun adalah pintu gerbang atau gapura kota yang disebut dengan kaca-kaca.
Pintu gerbang dibangun pada lajur jalan raya pos yaitu di bagian barat dan bagian timur kota.
Pintu gerbang barat dibangun di daear Andir sekarang disebut Kaca-Kaca Kulon dan sebalah
timur di jalan simpang lima sekarang atau disebut Kaca-kaca Wetan

4. Bandung sebagai Pusat Pemerintahan

Letak kota Bandung yang berada di tengah-tengah wilayah Priangan melatarelakangi pemerintah kolonial untuk memindahkan ibu kota Karesidenan Priangan dari Cianjur ke Bandung.
Pada tahun 1864 ibu kota Karesidenan Priangan dipindahkan dari Cianjur ke Bandung. Pemindahan ibu kota tersebut berdampak pada pertumbuhan kota, jalan-jalan yangberada di dalam kota diperbaiki dan jalan ke luar kota bertambah banyak

5. Aktivitas Perekonomian di Bandung

Pada masa VOC daerah Priangan merupakan wilayah penanaman wajib tanam kopi (Preanger Stelsel). Pertumbuhan perkebunan pesat setelah diberlakukannya Undang-Undang Agraria
1870. UU Agraria 1870 memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk membuka lahan
perkebunan.Di sekitar pinggiran/pegunungan Bandung banyak dibuka lahan perkebunan
Perkebunan tumbuh pesat di daerah selatan Bandung.Lahir beberapa tokoh yaitu pengusaha
perkebunan (ondernemer) yang peduli pada pembangunan kota misalnya Boscha
yang banyak berjasa pada pembangunan kota Bandung.

Pertumbuhan perkebunan yang pesat berdampak pada kebutuhan infrastruktur jalan untuk mengangkut hasil-hasil perkebunan. Dibangun jalan raya dan jalur kereta api yang akan mengangkut hasil-hasil perkebunan, dari pabrik perkebunan-ke kota kemudian diekspor ke Batavia (Jakarta).
Jalur kereta api yang dibangun meliputi jalur utama yaitu Bandung-Jakarta (ada 2 jalur melalui Bogor dan PurwakartaBekasi-Jakarta), dan jalur simpangan yaitu Bandung-Banjaran-Soreang dan Bandung Majalaya. Pembangunan jalan raya dan jalur kereta api berdampak pada mobilitas penduduk baik yang berada dalam kota maupun ke dan dari luar kota. Pertumbuhan ekonomi yang pesat menyebabkan Bandung menjadi salah satu tujuan wisata.

Banyaknya orang-orang luar yang datang ke Bandung menyebabkan perlunya pembangunan sarana seperti hotel, pusat hiburan, pasar dan lain-lain. Para pengusaha perkebunan membangun tempat
hiburan atau Societit seperti gedung merdeka (sekarang). Pertumbuhan pesat kota Bandung melatarbelakangi pemerintah kolonial untuk melakukan penataan kota, yaitu ada daerah pemukiman, tempat hiburan dan perdagangan (tempat belanja).

Demikian Asal Mula Sejarah Berdirinya Kota Bandung Kota Kembang