Asal Mula Sejarah Berdirinya Kota Surabaya Kota Pahlawan
Asal Mula Sejarah Berdirinya Kota Surabaya Kota Pahlawan
Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota "terbesar" kedua di Indonesia setelah Jakarta, dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur.
Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan Arek-Arek Suroboyo (Pemuda-pemuda Surabaya) dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari serangan penjajah. Surabaya juga sempat menjadi kota terbesar di Hindia Belanda dan menjadi pusat niaga di Nusantara yang sejajar dengan Hong Kong dan Shanghai pada masanya.
Asal Mula Kota Surabaya
Dahulu, di lautan luas sering terjadi perkelahian antara Ikan Hiu Sura dengan Buaya. Mereka berkelahi hanya karena berebut mangsa.Keduanya sama-sama kuat, sama-sama tangkas,sama-sama cerdik, sama-sama ganas dan sama-sama rakus.Sudah berkali-kali mereka berkelahi belum pernah ada yang menang atau pun yang kalah. akhirnya mereka mengadakan kesepakatan.
Asal mula kota Surabaya ialah berasal dari untaian kata Sura dan Baya atau lebih terkenal dengan kata Sura ing Baya. Paduan dua kata ini memiliki arti “berani menghadapi tantangan”. Ada juga yang mengatakan berasal dari kata Cura Bhaya.
Di lihat dari arti filosofi kehidupan warga Surabaya yang hidup di wilayah pantai, Sura (Suro) dan Baya (Boyo), mengilustrasikan dua perjuangan hidup antara darat dan laut. Di dua alam ini terdapat dua penguasa dengan habitat berbeda.
Namun, dapat berjumpa di muara sungai. Dua jenis makhluk itu tidak lain adalah ikan Sura (Suro) dan Buaya (Boyo). darat dan laut itu merupakan suatu lambang sekaligus memberikan ilustrasi tentang warga Surabaya yang bisa menyatu, walaupun berbeda tempat
Sejarah Surabaya
Bukti sejarah menunjukkan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman kolonial, seperti yang tercantum dalam prasasti Trowulan I, berangka 1358 M. Dalam prasasti tersebut terungkap bahwa Surabaya (Churabhaya) masih berupa desa di tepi sungai Brantas dan juga sebagai salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang daerah aliran sungai Brantas. Surabaya juga tercantum dalam pujasastra Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapañca yang bercerita tentang perjalanan pesiar Raja Hayam Wuruk pada tahun 1365 M dalam pupuh XVII (bait ke-5, baris terakhir).
Walaupun bukti tertulis tertua mencantumkan nama Surabaya berangka tahun 1358 M (Prasasti Trowulan) dan 1365 M (Nagarakretagama), para ahli menduga bahwa wilayah Surabaya sudah ada sebelum tahun-tahun tersebut. Menurut pendapat budayawan Surabaya berkebangsaan Jerman Von Faber, wilayah Surabaya didirikan tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara sebagai tempat permukiman baru bagi para prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan pada tahun 1270 M. Pendapat yang lainnya mengatakan bahwa Surabaya dahulu merupakan sebuah daerah yang bernama Ujung Galuh.
Dalam sejarah, nama Surabaya terdapat pada buku: Negarakartagama tahun 1365 M. Pada bait 5 disebutkan: Yen ring Janggala lok sabha n rpati ring Surabhaya terus ke Buwun. Artinya: Jika di Jenggala ke laut, raja tinggal di Surabaya terus ke Buwun. Jenggala adalah Sidoarjo dan Buwun adalah Bawean.
Versi lain menyebutkan, Surabaya berasal dari cerita tentang perkelahian hidup-mati antara Adipati Jayengrono dan Sawunggaling. Konon, setelah mengalahkan pasukan Kekaisaran Mongol utusan Kubilai Khan atau yang dikenal dengan pasukan Tartar, Raden Wijaya mendirikan sebuah keraton di daerah Ujung Galuh dan menempatkan Adipati Jayengrono untuk memimpin daerah itu. Lama-lama karena menguasai ilmu buaya, Jayengrono semakin kuat dan mandiri sehingga mengancam kedaulatan Kerajaan Majapahit. Untuk menaklukkan Jayengrono, maka diutuslah Sawunggaling yang menguasai ilmu sura.
Adu kesaktian dilakukan di pinggir Kali Mas, di wilayah Peneleh. Perkelahian itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam dan berakhir dengan tragis, karena keduanya meninggal setelah kehilangan tenaga.
Nama Śūrabhaya sendiri dikukuhkan sebagai nama resmi pada abad ke-14 oleh penguasa Ujung Galuh, Arya Lêmbu Sora.
Surabaya Sebelum Masa Kolonial
Konon Surabaya adalah gerbang Kerajaan Majapahit yang muaranya di Kali Mas. Pada 31 Mei 1293 menjadi kemenangan pasukan Majapahit melawan Kerajaan Mongol utusan Kubilai Khan namun pada tanggal tersebut dijadikan sebagai hari jadi kota Surabaya. Pasukan dari Raden Wijaya yang datang dari darat ini disimbolkan sebagai Baya (buaya atau bahaya). Sedangkan pasukan Mongol yang datang dari laut disimbolkan sebagai ikan Sura (ikan hiu yang berani). Sehingga apabila diartikan secara harfiah yaitu berani menghadapi bahaya yang datang mengancam. Pada hari kemenangan itulah diperingati sebagai hari jadi Kota Surabaya.
Saat abad ke-15, Kota Surabaya agama Islam mulai menyebar dengan pesat. Sunan Ampel yang merupakan satu diantara anggota dari walisongo, mendirikan masjid dan pesantren di wilayah Ampel. Pada tahun 1530, Surabaya menjadi salah satu bagian dari Kesultanan Demak. Surabaya menjadi sasaran utama penaklukan Kesultanan Mataram setelah runtuhnya Kesultanan Demak. Pasukan Senopati menyerbu pada tahun 1598, diserang habis-habisan oleh Panembahan Seda ing Krapyak pada tahun 1610, kemudian diserang Sultan Agung pada tahun 1614.
Puncaknya pemblokan aliran Sungai Brantas oleh Sultan Agung yang akhirnya memaksa Surabaya untuk menyerah. Pasukan Trunojoyo dari Madura dapat merebut Surabaya tahun 1675, namun pada akhirnya harus didepak VOC tahun 1677. Dalam perjanjian pada tanggal 11 November 1743 antara VOC dan Paku Buwono II menyatakan bahwa Surabaya diserahkan kepemimpinannya kepada VOC
Demikian Asal Mula Sejarah Berdirinya Kota Surabaya Kota Pahlawan
Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota "terbesar" kedua di Indonesia setelah Jakarta, dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur.
Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan Arek-Arek Suroboyo (Pemuda-pemuda Surabaya) dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari serangan penjajah. Surabaya juga sempat menjadi kota terbesar di Hindia Belanda dan menjadi pusat niaga di Nusantara yang sejajar dengan Hong Kong dan Shanghai pada masanya.
Asal Mula Kota Surabaya
Dahulu, di lautan luas sering terjadi perkelahian antara Ikan Hiu Sura dengan Buaya. Mereka berkelahi hanya karena berebut mangsa.Keduanya sama-sama kuat, sama-sama tangkas,sama-sama cerdik, sama-sama ganas dan sama-sama rakus.Sudah berkali-kali mereka berkelahi belum pernah ada yang menang atau pun yang kalah. akhirnya mereka mengadakan kesepakatan.
Asal mula kota Surabaya ialah berasal dari untaian kata Sura dan Baya atau lebih terkenal dengan kata Sura ing Baya. Paduan dua kata ini memiliki arti “berani menghadapi tantangan”. Ada juga yang mengatakan berasal dari kata Cura Bhaya.
Di lihat dari arti filosofi kehidupan warga Surabaya yang hidup di wilayah pantai, Sura (Suro) dan Baya (Boyo), mengilustrasikan dua perjuangan hidup antara darat dan laut. Di dua alam ini terdapat dua penguasa dengan habitat berbeda.
Namun, dapat berjumpa di muara sungai. Dua jenis makhluk itu tidak lain adalah ikan Sura (Suro) dan Buaya (Boyo). darat dan laut itu merupakan suatu lambang sekaligus memberikan ilustrasi tentang warga Surabaya yang bisa menyatu, walaupun berbeda tempat
Sejarah Surabaya
Bukti sejarah menunjukkan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman kolonial, seperti yang tercantum dalam prasasti Trowulan I, berangka 1358 M. Dalam prasasti tersebut terungkap bahwa Surabaya (Churabhaya) masih berupa desa di tepi sungai Brantas dan juga sebagai salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang daerah aliran sungai Brantas. Surabaya juga tercantum dalam pujasastra Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapañca yang bercerita tentang perjalanan pesiar Raja Hayam Wuruk pada tahun 1365 M dalam pupuh XVII (bait ke-5, baris terakhir).
Walaupun bukti tertulis tertua mencantumkan nama Surabaya berangka tahun 1358 M (Prasasti Trowulan) dan 1365 M (Nagarakretagama), para ahli menduga bahwa wilayah Surabaya sudah ada sebelum tahun-tahun tersebut. Menurut pendapat budayawan Surabaya berkebangsaan Jerman Von Faber, wilayah Surabaya didirikan tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara sebagai tempat permukiman baru bagi para prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan pada tahun 1270 M. Pendapat yang lainnya mengatakan bahwa Surabaya dahulu merupakan sebuah daerah yang bernama Ujung Galuh.
Dalam sejarah, nama Surabaya terdapat pada buku: Negarakartagama tahun 1365 M. Pada bait 5 disebutkan: Yen ring Janggala lok sabha n rpati ring Surabhaya terus ke Buwun. Artinya: Jika di Jenggala ke laut, raja tinggal di Surabaya terus ke Buwun. Jenggala adalah Sidoarjo dan Buwun adalah Bawean.
Versi lain menyebutkan, Surabaya berasal dari cerita tentang perkelahian hidup-mati antara Adipati Jayengrono dan Sawunggaling. Konon, setelah mengalahkan pasukan Kekaisaran Mongol utusan Kubilai Khan atau yang dikenal dengan pasukan Tartar, Raden Wijaya mendirikan sebuah keraton di daerah Ujung Galuh dan menempatkan Adipati Jayengrono untuk memimpin daerah itu. Lama-lama karena menguasai ilmu buaya, Jayengrono semakin kuat dan mandiri sehingga mengancam kedaulatan Kerajaan Majapahit. Untuk menaklukkan Jayengrono, maka diutuslah Sawunggaling yang menguasai ilmu sura.
Adu kesaktian dilakukan di pinggir Kali Mas, di wilayah Peneleh. Perkelahian itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam dan berakhir dengan tragis, karena keduanya meninggal setelah kehilangan tenaga.
Nama Śūrabhaya sendiri dikukuhkan sebagai nama resmi pada abad ke-14 oleh penguasa Ujung Galuh, Arya Lêmbu Sora.
Surabaya Sebelum Masa Kolonial
Konon Surabaya adalah gerbang Kerajaan Majapahit yang muaranya di Kali Mas. Pada 31 Mei 1293 menjadi kemenangan pasukan Majapahit melawan Kerajaan Mongol utusan Kubilai Khan namun pada tanggal tersebut dijadikan sebagai hari jadi kota Surabaya. Pasukan dari Raden Wijaya yang datang dari darat ini disimbolkan sebagai Baya (buaya atau bahaya). Sedangkan pasukan Mongol yang datang dari laut disimbolkan sebagai ikan Sura (ikan hiu yang berani). Sehingga apabila diartikan secara harfiah yaitu berani menghadapi bahaya yang datang mengancam. Pada hari kemenangan itulah diperingati sebagai hari jadi Kota Surabaya.
Saat abad ke-15, Kota Surabaya agama Islam mulai menyebar dengan pesat. Sunan Ampel yang merupakan satu diantara anggota dari walisongo, mendirikan masjid dan pesantren di wilayah Ampel. Pada tahun 1530, Surabaya menjadi salah satu bagian dari Kesultanan Demak. Surabaya menjadi sasaran utama penaklukan Kesultanan Mataram setelah runtuhnya Kesultanan Demak. Pasukan Senopati menyerbu pada tahun 1598, diserang habis-habisan oleh Panembahan Seda ing Krapyak pada tahun 1610, kemudian diserang Sultan Agung pada tahun 1614.
Puncaknya pemblokan aliran Sungai Brantas oleh Sultan Agung yang akhirnya memaksa Surabaya untuk menyerah. Pasukan Trunojoyo dari Madura dapat merebut Surabaya tahun 1675, namun pada akhirnya harus didepak VOC tahun 1677. Dalam perjanjian pada tanggal 11 November 1743 antara VOC dan Paku Buwono II menyatakan bahwa Surabaya diserahkan kepemimpinannya kepada VOC
Demikian Asal Mula Sejarah Berdirinya Kota Surabaya Kota Pahlawan