Keunikan Sejarah Rumah Adat tradisional Bugis Makassar Sulawesi Selatan
Keunikan Sejarah Rumah Adat tradisional Bugis Makassar Sulawesi Selatan 

Rumah Bugis Tradisional adalah rumah panggung dari kayu dari suku bugis makassar Sulawesi Selatan yang atapnya berlereng dua dan kerangkanya berbentuk huruf ”H” terdiri dari tiang dan balok yang dirakit tanpa pasak atau paku, Tianglah yang menopang lantai dan atap sedangkan dinding hanya diikat pada tiang luar.
Di sebut sebagai rumah panggung kayu merupakan salah satu rumah tradisional masyarakat Bugis yang bentuknya persegi empat terus memanjang hingga ke belakang. Konstruksi dari bangunan rumah adat Bugis ini dibuat secara knock down, lepas-pasang sehingga bisa dipisahkan dengan mudah dari satu kawasan ke kawasan lainnya.
Konsep rumah bentuk empat persegi panjang ini berasal dari pandangan hidup masyarakat Bugis yang sudah ada sejak zaman dahulu mengenai bagaimana memahami kondisi alam semesta secara keseluruhan.
Di dalam falsafah serta pandangan hidup masyarakat Bugis, terdapat istilah sulapa’ eppa yang artinya persegi empat, yakni sebuah pandangan dunia dengan empat sisi yang bertujuan untuk mencari nilai sempurna yang ideal di dalam mengenali serta mengatasi kelemahan manusia.
Karakteristik fisik itu, yang membuat model rumah itu mudah dibongkar atau malah dipindahkan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pemukiman orang bugis sering kali berpindah dan tidak terpusat pada suatu pemukiman permanen.
Rumah Bugis Makassar Sulawesi Selatan memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumah panggung dari suku yang lain ( Sumatera dan Kalimantan ). Bentuknya biasanya memanjang ke belakang, dengan tanbahan disamping bangunan utama dan bagian depan (orang bugis menyebutnya lego lego)
Bagaimana sebenarnya arsitektur dari rumah panggung khas bugis ini?. Berikut adalah bagian - bagian utamanya :
1. Tiang utama (alliri).
Biasanya terdiri dari 4 batang setiap barisnya, jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang akan dibuat, tetapi pada umumnya, terdiri dari 3 / 4 baris alliri. Jadi totalnya ada 12 batang alliri.
2. Fadongko’.
Fadongko' adalah bagian yang bertugas sebagai penyambung dari alliri di setiap barisnya.
3. Fattoppo.
Fattopo adalah bagian yang bertugas sebagai pengait paling atas dari alliri paling tengah tiap barisnya.
Sejarah Rumah Adat tradisional Bugis Makassar
Orang bugis jauh sebelum islam masuk ke tanah bugis orang bugis memiliki kepercayaan bahwa alam semesta ini terdiri atas 3 bagian, bagian atas (botting langi), bagian tengah (alang tengnga) dan bagian bawah (paratiwi).
Bagian - bagian dari rumah bugis ini sebagai berikut :
1. Rakkeang
Rakkeang adalah bagian diatas langit - langit (eternit). Dahulu biasanya digunakan untuk menyimpan padi yang baru di panen.
2. Ale Bola
Ale Bola adalah bagian tengah rumah. dimana kita tinggal. Pada ale bola ini, ada titik sentral yang bernama pusat rumah (posi’ bola).
3. Awa bola
Awa bola adalah bagian di bawah rumah, antara lantai rumah dengan tanah.
Umumnya orang Bugis tinggal di rumah panggung dari kayu berbentuk segi empat panjang dengan tiang-tiang yang tinggi memikul lantai dan atap. Konstruksi rumah dibuat secara lepas-pasang (knock down) sehingga bisa dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain.
Orang Bugis memandang rumah tidak hanya sekedar tempat tinggal tetapi juga sebagai ruang pusat siklus kehidupan. Tempat manusia dilahirkan, dibesarkan, kawin, dan meninggal. Karena itu, membangun rumah haruslah didasarkan tradisi dan kepercayaan yang diwarisi secara turun temurun dari leluhur.
Orang Bugis membangun rumah tanpa gambar. Pembangunan rumah dilaksanakan oeh Panrita Bola (ahli rumah) dan Panre Bola (tukang rumah). Panrita Bola menangani hal-hal yang bersifat spiritual, adat dan kepercayaan. Sedang Panre Bola mengerjakan hal-hal bersifat teknis, mengolah bahan kayu menjadi komponen struktur sampai rumah berdiri dan siap dihuni.
Struktur rumah panggung khas bugis Makassar
1. Alliri (Tiang)
Model rumah bugis pada mulanya hanya diperuntukkan bagi kalangan bangsawan. Misalnya, hanya mereka yang boleh menggunakan tiang segi empat atau segi delapan, sedangkan orang biasa hanya boleh menggunakan tiang bundar. Tiang rumah (alliri) bertumpu di atas tanah dan berdiri hingga ke loteng serta menopang berat atap. Tetapi sekarang, makin banyak rumah besar yang tiangnya tidak di ditanam lagi, tetapi ditumpukan di atas pondasi batu. Biasanya terdiri dari 4 batang setiap barisnya. jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang akan dibuat. tetapi pada umumnya, terdiri dari 3 / 4 baris alliri. Jadi totalnya ada 12
2. Awa Bola ( Kolong Rumah )
Awa bola ialah kolong yang terletak pada bagian bawah, yakni antara lantai dengan tanah. Kolong ini biasa pada zaman dulu dipergunakan untuk menyimpan alat pertanian, alat berburu, alat untuk menangkap ikan dan hewanhewan peliharaan yang di pergunakan dalam pertanian.
3. Arateng dan Ware’ ( Penyangga Lantai dan Penyangga Loteng )
Pada setiap tiang dibuat lubang segi empat untuk menyisipkan balok pipih penyangga lantai (arateng) dan balok pipih penyangga loteng (ware’), yang menghubungkan panjang rangka rumah. Dahulu, rumah yang tiangnya ditanam tidak menggunakan balok penyangga loteng, dan balok penyangga lantai tidak disisipkan pada tiang, tetapi diikat.
4. Ale Bola ( Badan Rumah )
Ale bola ialah badan rumah yang terdiri dari lantai dan dinding yang terletak antara lantai dan loteng. Pada bagian ini terdapat ruanganruangan yang dipergunakan dalam aktivitas seharihari seperti menerima tamu, tidur, bermusyawarah, dan berbagai aktifitas lainnya. Badan rumah tediri dari beberapa bagian rumah seperti: Lotang risaliweng, Pada bagian depan badan rumah di sebut yang berfungsi sebagai ruang menerima tamu, ruang tidur tamu, tempat bermusyawarah, tempat menyimpan benih, tempat membaringkan mayat sebelum dibawa ke pemakaman.
5. Posi’ Bola ( Pusat Rumah )
Rumah Bugis memiliki struktur dasar yang terdiri atas 3 kali 3 tiang (3 barisan tiang memanjang dan 3 baris melebar) berbentuk persegi empat dengan satu tiang ditiap sudutnya, dan pada setiap sisi terdapat satu tiang tengah, serta tepat di tengah persilangan panjang dan lebar terdapat tiang yang disebut ”pusat rumah”(posi bola). Umumnya, rumah orang biasa terdiri atas empat tiang untuk panjang dan empat untuk lebar rumah.
6. Timpa’ Laja
Berbagai ciri khas juga ditambahkan pada rumahrumah kalangan bangsawan tinggi untuk menunjukkan status sosial mereka. Ciri paling menonjol adalah jumlah bilah papan yang menyusun dinding bagian muka atap rumah (timpa’ laja’, dari bahasa Melayu tebar layar): Dua lapis untuk tau deceng, Tiga untuk ana’cera’, lima untuk ana’ ma’tola,dan tujuh untuk penguasa kerajaankerajaan utama bugis,luwu’,bone, wajo’,soppeng, dan sidenreng. Sementara itu, hanya golongan ana’ cera’ ke atas yang berhak menggunakan tangga yang naik membujur.
7. Addengeng (Tangga)
Sementara itu, hanya golongan ana’ cera’ ke atas yang berhak menggunakan tangga yang naik membujur. Dan hanya kalangan bangsawan tertinggi boleh menggunakan tangga berupa latar miring tanpa anak tangga, terbuat dari bilabila bambu yang, notabene, sangat licin dan disebut sapana ( bahasa Sansekerta yang mungkin diadopsi lewat bahasa Melayu: Sopana ’tangga’).
8. Tamping
Pada sisi panjang (bagian samping badan rumah) biasanya ditambahkan tamping, yakni semacam serambi memanjang yang lantainya sedikit lebih rendah, dengan atap tersendiri; pintu masuk bagian depan berada di ujung depan tamping dan jika ruang dapur tidak terpisah dapurnya berada di ujung di belakang tamping. Kalaupun ada tambahan lain, dengan rancangan lebih kompleks, bentuk segi empat tetap jadi pola dasar.
9. Rakkeang ( Langit-langit )
Rakkeang, adalah bagian diatas langit-langit(eternit). Dahulu biasanya digunakan untuk menyimpan padi yang baru di panen.
10. Anjong
Selain sebagai hiasan rumah, anjong juga memiliki makna tertentu bagi orang bugis. Anjong merupakan salah satu ciri khas orang bugis, dimana pada rumah orang bangsawan memiliki lebih dari dua anjong. Sedangkan anjong pada rumah orang biasa tidak lebih dari dua.
Filosofi Rumah Adat tradisional Bugis Makassar
Dunia Atas (Botting langi) :
Kehidupan diatas alam sadar manusia yang terkait dengan kepercayaan yang tidak nampak (suci, kebaikan, sugesti, sakral). Sebagaimana dalam pemahaman masyarakat pemangkunya (Bugis) bahwa dunia atas adalah tempat bersemayamnya Dewi padi (Sange-Serri). Dengan pemahaman ini banyak masyarakat Bugis menganggap bahwa bagian atas rumah (Botting langi) dijadikan sebagai tempat penyimpanan padi atau hasil pertanian lainnya. Selain itu biasa juga dimanfaatkan untuk tempat persembunyian anak-anak gadis yang sedang dipingit.
Dunia Tengah (Ale-Kawa) :
Kehidupan di alam sadar manusia yang terkait dengan aktivitas keseharian. Ale-Kawa atau badan rumah dibagi menjadi tiga bagian:
(a) Bagian Depan dimanfaatkan untuk menerima para kerabat/keluarga serta tempat kegiatan adat.
(b) Bagian Tengah dimanfaatkan untuk ruang tidur orang-orang yang dituakan termasuk kepala keluarga (Bapak/ibu).
(c) Ruang Dalam dimanfaatkan untuk kamar tidur anak-anak.
Dunia Bawah (Awa Bola/kolong rumah):
Terkait dengan media yang digunakan untuk mencari rejeki, termasuk alat-alat pertanian, tempat menenun, kandang binatang dan tempat bermain bagi anak-anak
Sistem struktur dan konstruksi rumah terdiri atas lima komponen:
(1) rangka utama (tiang dan balok induk),
(2) konstruksi lantai,
(3) konstruksi dinding,
(4) konstruksi atap,
(5) konstruksi tangga.
Semuanya dibuat dengan sistem knock down. Tiang, balok induk, dan tangga dibuat dari kayu kelas satu, sedang komponen konstruksi lainnya dibuat dari kayu kelas dua.
Pekerjaan biasanya dimulai dengan membuat Posi Bola (pusar rumah), sebuah tiang yang dianggap sebagai simbol 'perempuan', ibu yang mengendalikan kehidupan di dalam rumah. Jumlah tiang rumah tergantung pada besarnya rumah, biasanya 20 tiang (5x4 baris tiang) atau 30 tiang (5x6 baris tiang). Jumlah tiang menunjukkan status sosial penghuni. Semakin banyak tiangnya semakin tinggi status sosial pemilik rumah. Rumah raja (sao raja), istana raja biasanya memiliki tiang 40 buah atau lebih.
Ragam hias rumah umumnya merupakan ukiran pada ujung balok induk, ambang pintu dan jendela, induk tangga dan ujung puncak bubungan atap.
Demikian Keunikan Sejarah Rumah Adat tradisional Bugis Makassar Sulawesi Selatan , semoga informasi seputar Rumah Adat Bugis Makassar Sulawesi Selatan ini bermanfaat, jangan lupa share di google plus dan berkomentar dan berkunjung kembali
Di sebut sebagai rumah panggung kayu merupakan salah satu rumah tradisional masyarakat Bugis yang bentuknya persegi empat terus memanjang hingga ke belakang. Konstruksi dari bangunan rumah adat Bugis ini dibuat secara knock down, lepas-pasang sehingga bisa dipisahkan dengan mudah dari satu kawasan ke kawasan lainnya.
Konsep rumah bentuk empat persegi panjang ini berasal dari pandangan hidup masyarakat Bugis yang sudah ada sejak zaman dahulu mengenai bagaimana memahami kondisi alam semesta secara keseluruhan.
Di dalam falsafah serta pandangan hidup masyarakat Bugis, terdapat istilah sulapa’ eppa yang artinya persegi empat, yakni sebuah pandangan dunia dengan empat sisi yang bertujuan untuk mencari nilai sempurna yang ideal di dalam mengenali serta mengatasi kelemahan manusia.
Karakteristik fisik itu, yang membuat model rumah itu mudah dibongkar atau malah dipindahkan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pemukiman orang bugis sering kali berpindah dan tidak terpusat pada suatu pemukiman permanen.
Rumah Bugis Makassar Sulawesi Selatan memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumah panggung dari suku yang lain ( Sumatera dan Kalimantan ). Bentuknya biasanya memanjang ke belakang, dengan tanbahan disamping bangunan utama dan bagian depan (orang bugis menyebutnya lego lego)
Bagaimana sebenarnya arsitektur dari rumah panggung khas bugis ini?. Berikut adalah bagian - bagian utamanya :
1. Tiang utama (alliri).
Biasanya terdiri dari 4 batang setiap barisnya, jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang akan dibuat, tetapi pada umumnya, terdiri dari 3 / 4 baris alliri. Jadi totalnya ada 12 batang alliri.
2. Fadongko’.
Fadongko' adalah bagian yang bertugas sebagai penyambung dari alliri di setiap barisnya.
3. Fattoppo.
Fattopo adalah bagian yang bertugas sebagai pengait paling atas dari alliri paling tengah tiap barisnya.
Sejarah Rumah Adat tradisional Bugis Makassar
Orang bugis jauh sebelum islam masuk ke tanah bugis orang bugis memiliki kepercayaan bahwa alam semesta ini terdiri atas 3 bagian, bagian atas (botting langi), bagian tengah (alang tengnga) dan bagian bawah (paratiwi).
Bagian - bagian dari rumah bugis ini sebagai berikut :
1. Rakkeang
Rakkeang adalah bagian diatas langit - langit (eternit). Dahulu biasanya digunakan untuk menyimpan padi yang baru di panen.
2. Ale Bola
Ale Bola adalah bagian tengah rumah. dimana kita tinggal. Pada ale bola ini, ada titik sentral yang bernama pusat rumah (posi’ bola).
3. Awa bola
Awa bola adalah bagian di bawah rumah, antara lantai rumah dengan tanah.
Umumnya orang Bugis tinggal di rumah panggung dari kayu berbentuk segi empat panjang dengan tiang-tiang yang tinggi memikul lantai dan atap. Konstruksi rumah dibuat secara lepas-pasang (knock down) sehingga bisa dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain.
Orang Bugis memandang rumah tidak hanya sekedar tempat tinggal tetapi juga sebagai ruang pusat siklus kehidupan. Tempat manusia dilahirkan, dibesarkan, kawin, dan meninggal. Karena itu, membangun rumah haruslah didasarkan tradisi dan kepercayaan yang diwarisi secara turun temurun dari leluhur.
Orang Bugis membangun rumah tanpa gambar. Pembangunan rumah dilaksanakan oeh Panrita Bola (ahli rumah) dan Panre Bola (tukang rumah). Panrita Bola menangani hal-hal yang bersifat spiritual, adat dan kepercayaan. Sedang Panre Bola mengerjakan hal-hal bersifat teknis, mengolah bahan kayu menjadi komponen struktur sampai rumah berdiri dan siap dihuni.
Struktur rumah panggung khas bugis Makassar
1. Alliri (Tiang)
Model rumah bugis pada mulanya hanya diperuntukkan bagi kalangan bangsawan. Misalnya, hanya mereka yang boleh menggunakan tiang segi empat atau segi delapan, sedangkan orang biasa hanya boleh menggunakan tiang bundar. Tiang rumah (alliri) bertumpu di atas tanah dan berdiri hingga ke loteng serta menopang berat atap. Tetapi sekarang, makin banyak rumah besar yang tiangnya tidak di ditanam lagi, tetapi ditumpukan di atas pondasi batu. Biasanya terdiri dari 4 batang setiap barisnya. jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang akan dibuat. tetapi pada umumnya, terdiri dari 3 / 4 baris alliri. Jadi totalnya ada 12
2. Awa Bola ( Kolong Rumah )
Awa bola ialah kolong yang terletak pada bagian bawah, yakni antara lantai dengan tanah. Kolong ini biasa pada zaman dulu dipergunakan untuk menyimpan alat pertanian, alat berburu, alat untuk menangkap ikan dan hewanhewan peliharaan yang di pergunakan dalam pertanian.
3. Arateng dan Ware’ ( Penyangga Lantai dan Penyangga Loteng )
Pada setiap tiang dibuat lubang segi empat untuk menyisipkan balok pipih penyangga lantai (arateng) dan balok pipih penyangga loteng (ware’), yang menghubungkan panjang rangka rumah. Dahulu, rumah yang tiangnya ditanam tidak menggunakan balok penyangga loteng, dan balok penyangga lantai tidak disisipkan pada tiang, tetapi diikat.
4. Ale Bola ( Badan Rumah )
Ale bola ialah badan rumah yang terdiri dari lantai dan dinding yang terletak antara lantai dan loteng. Pada bagian ini terdapat ruanganruangan yang dipergunakan dalam aktivitas seharihari seperti menerima tamu, tidur, bermusyawarah, dan berbagai aktifitas lainnya. Badan rumah tediri dari beberapa bagian rumah seperti: Lotang risaliweng, Pada bagian depan badan rumah di sebut yang berfungsi sebagai ruang menerima tamu, ruang tidur tamu, tempat bermusyawarah, tempat menyimpan benih, tempat membaringkan mayat sebelum dibawa ke pemakaman.
5. Posi’ Bola ( Pusat Rumah )
Rumah Bugis memiliki struktur dasar yang terdiri atas 3 kali 3 tiang (3 barisan tiang memanjang dan 3 baris melebar) berbentuk persegi empat dengan satu tiang ditiap sudutnya, dan pada setiap sisi terdapat satu tiang tengah, serta tepat di tengah persilangan panjang dan lebar terdapat tiang yang disebut ”pusat rumah”(posi bola). Umumnya, rumah orang biasa terdiri atas empat tiang untuk panjang dan empat untuk lebar rumah.
6. Timpa’ Laja
Berbagai ciri khas juga ditambahkan pada rumahrumah kalangan bangsawan tinggi untuk menunjukkan status sosial mereka. Ciri paling menonjol adalah jumlah bilah papan yang menyusun dinding bagian muka atap rumah (timpa’ laja’, dari bahasa Melayu tebar layar): Dua lapis untuk tau deceng, Tiga untuk ana’cera’, lima untuk ana’ ma’tola,dan tujuh untuk penguasa kerajaankerajaan utama bugis,luwu’,bone, wajo’,soppeng, dan sidenreng. Sementara itu, hanya golongan ana’ cera’ ke atas yang berhak menggunakan tangga yang naik membujur.
7. Addengeng (Tangga)
Sementara itu, hanya golongan ana’ cera’ ke atas yang berhak menggunakan tangga yang naik membujur. Dan hanya kalangan bangsawan tertinggi boleh menggunakan tangga berupa latar miring tanpa anak tangga, terbuat dari bilabila bambu yang, notabene, sangat licin dan disebut sapana ( bahasa Sansekerta yang mungkin diadopsi lewat bahasa Melayu: Sopana ’tangga’).
8. Tamping
Pada sisi panjang (bagian samping badan rumah) biasanya ditambahkan tamping, yakni semacam serambi memanjang yang lantainya sedikit lebih rendah, dengan atap tersendiri; pintu masuk bagian depan berada di ujung depan tamping dan jika ruang dapur tidak terpisah dapurnya berada di ujung di belakang tamping. Kalaupun ada tambahan lain, dengan rancangan lebih kompleks, bentuk segi empat tetap jadi pola dasar.
9. Rakkeang ( Langit-langit )
Rakkeang, adalah bagian diatas langit-langit(eternit). Dahulu biasanya digunakan untuk menyimpan padi yang baru di panen.
10. Anjong
Selain sebagai hiasan rumah, anjong juga memiliki makna tertentu bagi orang bugis. Anjong merupakan salah satu ciri khas orang bugis, dimana pada rumah orang bangsawan memiliki lebih dari dua anjong. Sedangkan anjong pada rumah orang biasa tidak lebih dari dua.
Filosofi Rumah Adat tradisional Bugis Makassar
Dunia Atas (Botting langi) :
Kehidupan diatas alam sadar manusia yang terkait dengan kepercayaan yang tidak nampak (suci, kebaikan, sugesti, sakral). Sebagaimana dalam pemahaman masyarakat pemangkunya (Bugis) bahwa dunia atas adalah tempat bersemayamnya Dewi padi (Sange-Serri). Dengan pemahaman ini banyak masyarakat Bugis menganggap bahwa bagian atas rumah (Botting langi) dijadikan sebagai tempat penyimpanan padi atau hasil pertanian lainnya. Selain itu biasa juga dimanfaatkan untuk tempat persembunyian anak-anak gadis yang sedang dipingit.
Dunia Tengah (Ale-Kawa) :
Kehidupan di alam sadar manusia yang terkait dengan aktivitas keseharian. Ale-Kawa atau badan rumah dibagi menjadi tiga bagian:
(a) Bagian Depan dimanfaatkan untuk menerima para kerabat/keluarga serta tempat kegiatan adat.
(b) Bagian Tengah dimanfaatkan untuk ruang tidur orang-orang yang dituakan termasuk kepala keluarga (Bapak/ibu).
(c) Ruang Dalam dimanfaatkan untuk kamar tidur anak-anak.
Dunia Bawah (Awa Bola/kolong rumah):
Terkait dengan media yang digunakan untuk mencari rejeki, termasuk alat-alat pertanian, tempat menenun, kandang binatang dan tempat bermain bagi anak-anak
Sistem struktur dan konstruksi rumah terdiri atas lima komponen:
(1) rangka utama (tiang dan balok induk),
(2) konstruksi lantai,
(3) konstruksi dinding,
(4) konstruksi atap,
(5) konstruksi tangga.
Semuanya dibuat dengan sistem knock down. Tiang, balok induk, dan tangga dibuat dari kayu kelas satu, sedang komponen konstruksi lainnya dibuat dari kayu kelas dua.
Pekerjaan biasanya dimulai dengan membuat Posi Bola (pusar rumah), sebuah tiang yang dianggap sebagai simbol 'perempuan', ibu yang mengendalikan kehidupan di dalam rumah. Jumlah tiang rumah tergantung pada besarnya rumah, biasanya 20 tiang (5x4 baris tiang) atau 30 tiang (5x6 baris tiang). Jumlah tiang menunjukkan status sosial penghuni. Semakin banyak tiangnya semakin tinggi status sosial pemilik rumah. Rumah raja (sao raja), istana raja biasanya memiliki tiang 40 buah atau lebih.
Ragam hias rumah umumnya merupakan ukiran pada ujung balok induk, ambang pintu dan jendela, induk tangga dan ujung puncak bubungan atap.
Demikian Keunikan Sejarah Rumah Adat tradisional Bugis Makassar Sulawesi Selatan , semoga informasi seputar Rumah Adat Bugis Makassar Sulawesi Selatan ini bermanfaat, jangan lupa share di google plus dan berkomentar dan berkunjung kembali