Keunikan Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat
Keunikan Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat
Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan adalah rumah panggung menggunakan atap daun dengan bilik bambu dan tiang kayu, atau juga bisa berarti harus menggunakan bahan-bahan alami. bagian rumah terbagi dalam 5 (lima) tahapan seperti umpak, kolong, beuteung, para dan hateup, semua memiliki fungsi yang telah dirancang leluhur untuk guna dan manfaat penghuninya.
Sejarah Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat
Rumah Adat Kasepuhan Cirebon atau sering juga disebut sebagai Keraton Kasepuhan Cirebon sendiri didirikan pada tahun 1529 dengan pendirinya yang bernama Pangeran Cakrabuana, rumah adat atau keraton ini sebenarnya merupakan perluasan dari keraton yang telah didirikan sebelumnya yakni Keraton Pakungwati.
Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat memiliki bagian-bagian bentuk bangunan dan fungsinya
Pintu Gerbang Utama Keraton
Jika Anda mengunjungi Keraton Kasepuhan maka yang pertama kali Anda temui adalah pintu gerbang utama dari Keraton Kasepuhan yang letaknya berada di bagian utara, gerbang utara ini sering disebut juga dengan nama Kreteg Pangrawit yang berupa sebuah jembatan, setelah melewati jembatan ini maka Anda akan sampai di bagian depan keraton yang mana terdapat dua bangunan yaitu Pancaratna dan Pancatini.
Bangunan Pancaratna
Setelah Anda memasuki gerbang utama keraton dan melewati jembatan kreteg pangrawit maka Anda akan menemui sebuah bangunan yang lokasinya berada di bagian kiri kompleks barat yakni bangunan Pancaratna, bangunan ini memiliki ukuran 8 x 8 meter dengan atap yang disangga oleh empat tiang atau sokoguru di atas lantai yang lebih tinggi, atap bangunan Pancaratna sendiri terbuat dari genteng.
Bangunan Pangrawit
Jika Anda berkunjung ke Keraton Kasepuhan, maka setelah Anda melihat bangunan Pancaratna, Anda juga akan menemukan sebuah bangunan lainnya yang lokasinya berada di bagian kiri depan kompleks dan menghadap ke arah utarayang disebut sebagai bangunan Pangrawit, bangunan ini memiliki lanyai yang terbuat dari tegel dan memiliki ukuran yang sama dengan bangunan Pancaratna yakni 8 x 8 meter.
Halaman Pertama
Keraton Kasepuhan Cirebon memiliki halaman atau kompleks yang tersiri dari beberapa bagian salah satunya adalah halaman pertama, setelah Anda melewati bangunan Pancaratna dan Pancaniti maka Anda selanjutnya akan masuk ke halaman pertama, ada dua cara untuk masuk ke halaman ini yaitu masuk melalui Gapura Adi atau Gapura Benteng di mana Gapura Benteng berukuran lebih besar dari Gapura Adi.
Halaman Kedua
Selanjutnya Anda akan memasuki halaman kedua yang mana halaman ini dibatasi oleh tembok bata, di bagian utara dari pagar ini terdapat dua buah pintu gerbang yakni disebut dengan Regol Pengada dan Gapura Lonceng, Regol Pengada memiliki bentuk paduraksa dengan material menggunakan batu dan daun pintu yang terbuat dari kayu sementara Gapura Lonceng merupakan sebuah gapura yang memiliki atap.
Struktur Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan
1. Umpak, menggunakan batu menahan hubungan langsung dengan tanah sehingga tidak membuat kayu menjadi cepat lapuk dan menahan serangan rayap.
2. Kolong, selain berfungsi untuk peternakan dimana ayam dan bebek bisa di simpan didalamnya, juga membuat jarakA dengan tanah. pemahaman kami tentang tanah adalah bumi bernafas, siang hari menarik panas dan malam hari mengeluarkan panas , sebuah proses alami tentang terbentuknyaA energi bumi.leluhur telah menetapkan dalam tatanan aturan adat yang ketika disadari ternyata lebih aman dan lebih sehat dibanding rumah yang langsung kontak dengan tanah.
3. Beuteung atawa eusi [perut dan isi] yang menjadi bagian tengahnya, mnggunakan bahanA bilik bambu. bahan yang sangat lentur dan fleksibel dengan kekuatan yang telah dibuktikan oleh para arsitektur modern sekarang, bahwa bambu memiliki kekuatan dan kelenturan yang jauh lebih baik dibanding besi dan baja sekalipun.
4. Para adalah tempat penyimpanan bahan makanan dan bibit-bibitan berada di bagian atasnya dapur, walaupun berwarna hitam karena jelaga tetapi bahan makan akan terjaga kondisinya ketika disimpan di para. sebelum ada refregerator atau kulkas, leluhur telah mewariskan tempat yang paling konndusif untuk menyimpang segala bahan makanan dan gudang. belakangan banyak dibicarakan tentang teknologi pengasapan sebagai cara yang terbaik untuk penyimpanan bahan makanan, kemudian sekarang ini digali lagi dan dikembangkan kerena nilai kesehatan dan keawetannya.
5. Hateup atau atap. harus menggunakan bahan dedaunan, rupanyawarisan ini sebagai penghormatan terhadap alam sebagai guru, dengan meniru dan menempat lam diposisinya itulah yang terbaik untuk hidup dan kehidupan manusia. Disini posisi daun menempati posisi paling atas dalam bangunan adat, kayo adalah penopang, dan batu menjadi dasar, sedangkan tanah seharusnya berada di posisi paling bawah. dalam pandangan ajaran leluhur kami tidak menempatkan tanah diatas kepala, selain itu juga berat bebannya, apalagi ketika ditanyakan ` apa disebut nya ketika tanah sudah berada diatas kepala?
Dibeberapa bangunan lain daun ilalang dan honje dipergunakan juga menggunakan Talahab untuk kandang dan kamar mandi. dan akan lebih tahan lama kalau atap dilapisi lagi dengan Injuk,
Ijuk ini berfungsi menahan air dan angin. ketika air hujan turun ijuk menjadi filters air yang sangat baik mampu menetralisir kandungan asam yang dibawa hujan, adakah filter yang baik lagi selain ijuk
Arah bangunan warga adat Ciptagelar nampaknya berbeda dengan masyarakat adat Baduy dan kampung Naga dan adat lainnya yang bisa terlihat dari arah bangunan yang seragam dan searah, ketika anda suatu saat berkunjung ke tempat kami maka akan didapati arah bangunan lebih menyesuaikan dengan kontur tanah dan keselarasan dengan bangunan yang lainnya, perhitungan baik buruk penghuniya kalau di tempat lain dikenal sekarang dengan istilah fengshui dan hongsui yang dihitung juga berdasarkan hari baik personal tiap pemiliknya.
sedangkan jenis bangunan yang dipakai diistilahkan oleh bagian Pangabasan seperti Saung Kandang, Sontog, Julang Ngapak, Jingjing Regis dan Tagog Anjing Bagian -bagian dalamA rumah Pembagian ruang dalam rumah warga adat umunya terbagi dalam dua bagian Imah dan Pawon , Imah bisa berupa ruang tengah yang juga ada kamar-kamar disalah satu sisinya,
Pawon adalah dapur untuk memasak dan menyimpan makanan dan bahan makanan.ukurannya bisa berbanding sama besarnya. kenapa? karena pawon bagi kami lebih banyak melakukan aktifitas masak-memasak dan lebih hangat, dan lebih seperti ruang tamu bagi siapapun yang berkunjung.
Hawu atau tungku masak, terbuat dari bahan batu cadas yang ditempat diatas parako , dengan tempat penyimpanan kayu bakar diatasnya. semua kegiatan memasak nasi dalam aturan adat istiadat harus menggunakan kayu bakar yang diambil dari hutan. sedangkan barang modern seperti kompor minyak dan gas bisa dipergunakan untuk memasak selain nasi.
Demikian Keunikan Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat , semoga informasi seputar Rumah Adat Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat ini bermanfaat, jangan lupa share di google plus dan berkomentar dan berkunjung kembali
Sejarah Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat
Rumah Adat Kasepuhan Cirebon atau sering juga disebut sebagai Keraton Kasepuhan Cirebon sendiri didirikan pada tahun 1529 dengan pendirinya yang bernama Pangeran Cakrabuana, rumah adat atau keraton ini sebenarnya merupakan perluasan dari keraton yang telah didirikan sebelumnya yakni Keraton Pakungwati.
Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat memiliki bagian-bagian bentuk bangunan dan fungsinya
Pintu Gerbang Utama Keraton
Jika Anda mengunjungi Keraton Kasepuhan maka yang pertama kali Anda temui adalah pintu gerbang utama dari Keraton Kasepuhan yang letaknya berada di bagian utara, gerbang utara ini sering disebut juga dengan nama Kreteg Pangrawit yang berupa sebuah jembatan, setelah melewati jembatan ini maka Anda akan sampai di bagian depan keraton yang mana terdapat dua bangunan yaitu Pancaratna dan Pancatini.
Bangunan Pancaratna
Setelah Anda memasuki gerbang utama keraton dan melewati jembatan kreteg pangrawit maka Anda akan menemui sebuah bangunan yang lokasinya berada di bagian kiri kompleks barat yakni bangunan Pancaratna, bangunan ini memiliki ukuran 8 x 8 meter dengan atap yang disangga oleh empat tiang atau sokoguru di atas lantai yang lebih tinggi, atap bangunan Pancaratna sendiri terbuat dari genteng.
Bangunan Pangrawit
Jika Anda berkunjung ke Keraton Kasepuhan, maka setelah Anda melihat bangunan Pancaratna, Anda juga akan menemukan sebuah bangunan lainnya yang lokasinya berada di bagian kiri depan kompleks dan menghadap ke arah utarayang disebut sebagai bangunan Pangrawit, bangunan ini memiliki lanyai yang terbuat dari tegel dan memiliki ukuran yang sama dengan bangunan Pancaratna yakni 8 x 8 meter.
Halaman Pertama
Keraton Kasepuhan Cirebon memiliki halaman atau kompleks yang tersiri dari beberapa bagian salah satunya adalah halaman pertama, setelah Anda melewati bangunan Pancaratna dan Pancaniti maka Anda selanjutnya akan masuk ke halaman pertama, ada dua cara untuk masuk ke halaman ini yaitu masuk melalui Gapura Adi atau Gapura Benteng di mana Gapura Benteng berukuran lebih besar dari Gapura Adi.
Halaman Kedua
Selanjutnya Anda akan memasuki halaman kedua yang mana halaman ini dibatasi oleh tembok bata, di bagian utara dari pagar ini terdapat dua buah pintu gerbang yakni disebut dengan Regol Pengada dan Gapura Lonceng, Regol Pengada memiliki bentuk paduraksa dengan material menggunakan batu dan daun pintu yang terbuat dari kayu sementara Gapura Lonceng merupakan sebuah gapura yang memiliki atap.
Struktur Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan
1. Umpak, menggunakan batu menahan hubungan langsung dengan tanah sehingga tidak membuat kayu menjadi cepat lapuk dan menahan serangan rayap.
2. Kolong, selain berfungsi untuk peternakan dimana ayam dan bebek bisa di simpan didalamnya, juga membuat jarakA dengan tanah. pemahaman kami tentang tanah adalah bumi bernafas, siang hari menarik panas dan malam hari mengeluarkan panas , sebuah proses alami tentang terbentuknyaA energi bumi.leluhur telah menetapkan dalam tatanan aturan adat yang ketika disadari ternyata lebih aman dan lebih sehat dibanding rumah yang langsung kontak dengan tanah.
3. Beuteung atawa eusi [perut dan isi] yang menjadi bagian tengahnya, mnggunakan bahanA bilik bambu. bahan yang sangat lentur dan fleksibel dengan kekuatan yang telah dibuktikan oleh para arsitektur modern sekarang, bahwa bambu memiliki kekuatan dan kelenturan yang jauh lebih baik dibanding besi dan baja sekalipun.
4. Para adalah tempat penyimpanan bahan makanan dan bibit-bibitan berada di bagian atasnya dapur, walaupun berwarna hitam karena jelaga tetapi bahan makan akan terjaga kondisinya ketika disimpan di para. sebelum ada refregerator atau kulkas, leluhur telah mewariskan tempat yang paling konndusif untuk menyimpang segala bahan makanan dan gudang. belakangan banyak dibicarakan tentang teknologi pengasapan sebagai cara yang terbaik untuk penyimpanan bahan makanan, kemudian sekarang ini digali lagi dan dikembangkan kerena nilai kesehatan dan keawetannya.
5. Hateup atau atap. harus menggunakan bahan dedaunan, rupanyawarisan ini sebagai penghormatan terhadap alam sebagai guru, dengan meniru dan menempat lam diposisinya itulah yang terbaik untuk hidup dan kehidupan manusia. Disini posisi daun menempati posisi paling atas dalam bangunan adat, kayo adalah penopang, dan batu menjadi dasar, sedangkan tanah seharusnya berada di posisi paling bawah. dalam pandangan ajaran leluhur kami tidak menempatkan tanah diatas kepala, selain itu juga berat bebannya, apalagi ketika ditanyakan ` apa disebut nya ketika tanah sudah berada diatas kepala?
Dibeberapa bangunan lain daun ilalang dan honje dipergunakan juga menggunakan Talahab untuk kandang dan kamar mandi. dan akan lebih tahan lama kalau atap dilapisi lagi dengan Injuk,
Ijuk ini berfungsi menahan air dan angin. ketika air hujan turun ijuk menjadi filters air yang sangat baik mampu menetralisir kandungan asam yang dibawa hujan, adakah filter yang baik lagi selain ijuk
Arah bangunan warga adat Ciptagelar nampaknya berbeda dengan masyarakat adat Baduy dan kampung Naga dan adat lainnya yang bisa terlihat dari arah bangunan yang seragam dan searah, ketika anda suatu saat berkunjung ke tempat kami maka akan didapati arah bangunan lebih menyesuaikan dengan kontur tanah dan keselarasan dengan bangunan yang lainnya, perhitungan baik buruk penghuniya kalau di tempat lain dikenal sekarang dengan istilah fengshui dan hongsui yang dihitung juga berdasarkan hari baik personal tiap pemiliknya.
sedangkan jenis bangunan yang dipakai diistilahkan oleh bagian Pangabasan seperti Saung Kandang, Sontog, Julang Ngapak, Jingjing Regis dan Tagog Anjing Bagian -bagian dalamA rumah Pembagian ruang dalam rumah warga adat umunya terbagi dalam dua bagian Imah dan Pawon , Imah bisa berupa ruang tengah yang juga ada kamar-kamar disalah satu sisinya,
Pawon adalah dapur untuk memasak dan menyimpan makanan dan bahan makanan.ukurannya bisa berbanding sama besarnya. kenapa? karena pawon bagi kami lebih banyak melakukan aktifitas masak-memasak dan lebih hangat, dan lebih seperti ruang tamu bagi siapapun yang berkunjung.
Hawu atau tungku masak, terbuat dari bahan batu cadas yang ditempat diatas parako , dengan tempat penyimpanan kayu bakar diatasnya. semua kegiatan memasak nasi dalam aturan adat istiadat harus menggunakan kayu bakar yang diambil dari hutan. sedangkan barang modern seperti kompor minyak dan gas bisa dipergunakan untuk memasak selain nasi.
Demikian Keunikan Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat , semoga informasi seputar Rumah Adat Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat ini bermanfaat, jangan lupa share di google plus dan berkomentar dan berkunjung kembali