Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Destinasi Tempat Objek wisata pantai watu ulo ( batu ular ) di jember jawa timur

wisata-pantai-watu-ulo-batu-ular-di-jember-jawa-timur
Destinasi Tempat Objek wisata pantai watu ulo ( batu ular ) di jember jawa timur wisata pantai watu ulo ( batu ular ) di jember jawa timur

Destinasi Tempat Objek wisata pantai watu ulo ( batu ular ) di jember jawa timur - Pesona wisata pantai watu ulo ( batu ular ) merupakan wisata pantai batu yang terkenal di pantai di daerah jember jawa timur dikenal dengan sebutan watu ulo.

Masyarakat setempat percaya batu itu terbentuk dizaman majapahit.sebagai tempat wisata, pantai watu ulo menawarkan suasana damai bagi pengunjungnya.

Watu ulo adalah pantai yang berada di dalam sebuah hutan wisata di wilayah bagian kesatuan pemangkuan hutan (bkph) wuluhan, jember , jawa timur. Bila hendak ke bali lewat jalur selatan, anda bisa menyinggahi pantai itu dengan melewati kota jember yang berada di tenggara gunung bromo.

Jadi , kalau kebetulan anda sudah berada di gunung bromo, rute wisata anda bisa semakin lengkakp dengan bertolak ke jalur selatan sebelum ke bali. Di sepanjang perjalanan dari bromo hingga jember dan kemudian pantai watu ulo, anda disuguhi pemandangan yang tidak membosankan, yaitu perkebunan teh gunung gambir dan cagar alam meru betiri.

Tentu, di jalan beraspal mulus sepanjang 37 kilometer dari jember ke pantai watu ulo yang membelah hutan seluas 101 hektare ini berbagai binatang liar bisa dijumpai. Ada kera, landak, ayam hutan, bahkan konon, macan tutul atau macan kumbang pun masih terdapat di hutan tersebut.

Batu bersisik

Pantai watu ulo punya nama asli wanawisata tanjung papuma, singkatan dari pasir putih dan malikan. Selain dengan kendaraan pribadi, kawasan ini juga mudah dicapai dengan kendaraan umum dengan tarif murah. Sesuai namanya, pasir putih dan malikan, pasir di pantai itu memang putih  bersih. Gundukan batu besar, atu lebih tepat disebut daratan yang menjorok dari darat ke laut, selain panorama jadi indah, juga membuat tempat itu terkesan damai karena seperti terlindung dari ancaman ombak laut selatan.

Diantara daratan yang menjorok dan pasir putih di pantai itu terdapat batuan malikan yang setiap hari mengalami perubahan, sehingga permukaan pantai watuulo juga seperti berubah-ubah setiap harinya.
Batu malikan yang terdapat pada daratan yang menjorok, membuat daratan itu mirip penggalan badan ular yang bersisik.karena pemandangan seperti inilah, masuk akal kalau masyarakat setempat setempat menamakan daratan itu watu ulo(batu ulo).


Legenda kaki nambi

Selain menampakkan mirip sisik ular itu, secara turun-temurun masyarakat jember sebenarnya punya cerita tentang batu atau daratan itu, menurut suyoso, kepala wisat tanjung papuma, pada zaman kerajaan majapahit, ada sepasang suami istri, kaki (kakek) nambi dan nini(nenek) nambi merantau ke dusun gemuling untuk bercocok tanam.

Singkat cerita , lama tak memperoleh hasil serta keturunan, mereka lalu berniat kembali ke pusat kota majapahit. Di tengah perjalanan, mereka mendapatkan dua orang anak yang bernama marsodo dan marsaut, yang ditinggal mati kedua orangtuanya, raden ningrum dan dewi sriwulan.

Karena kaki nambi dan nini nambi mendapat anak, mereka kembali ke dusun gemuling dan membesarkan kedua anak tersebut. Di antara kedua anak tersebut,marsodolah yang menjadi buah bibir lantaran kecakapannya sebagai nelayan.

Suatu hari dusun tempat mereka tinggal digemparkan oleh seekor ular besar yang bangun dari pertapaannya di gunung argopuro. Ular besar yang hendak menyeberang itu sebagian tubuhnya berada di darat dan sebagian di pantai.


Ketika orang-orang hendak melihat keberadaannya, banyak yang langsung meninggal saat menginjak bekas jalan ular tersebut karena mengandung bisa.sampai di situ, marsodo lalu mencoba membinasakan ular tersebut dengan panah.

Panah marsodo tepat mengenai tengah badan ular, sehingga ular itu putus menjadi dua.bagian kepala ular hanyut terbawa ombak hingga ke pantai banyuwangi, sedang bagian ekornya masih menjorok di darat dan berubah jadi batu.

Hingga kini sisa badan ular yang masih tampak bersisik itu menjadi batu agak menjorok ke pantai , dan masyarakat menamakannya watu ulo. Karena terbunuhnya ularitu terjadi pada hari jumat wage, menurut suyoso, hingga kini hari jumat wage di keramatkan oleh masyarakat watu ulo.