Sejarah Keunikan Gerakan Tari Tarian Tradisional Daerah Sumatera Barat
Sejarah Keunikan Gerakan Tari Tarian Tradisional Daerah Sumatera Barat
Gerakan Tari Tarian Tradisional Daerah Sumatera Barat - Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau Sumatera dengan ibukota Padang. Provinsi Sumatera Barat mempunyai banyak beragama kebudayaan mulai rumah adat, adat istiadat dampai kesenian tradisional yang memiliki nilai seni dan budaya salah satunya adalah jenis tari tarian Sumatera Barat.
Ada banyak seni tari yang berkembang di daerah yang terkenal di daerah Sumatera Barat
Diantaranya,
Diantaranya,
Berikut adalah Sejarah Keunikan Gerakan Tari Tarian Tradisional Daerah Sumatera Barat
1. Tari Piring
Tarian tradisional pertama adalah tari piring, dimana jumlah penari biasanya bersifat ganjil antara 3-7 orang, penari pun bisa laki-laki atau perempuan, bahkan bisa berpasang-pasangan. Awalnya tarian ini dibuat untuk ucapan terima kasih dari masyarakat setempat karena hasil panennya melimpah. Ritual pun akan dilakukan dengan membawa sesajen. Namun ketika agama Islam masuk, ritual itu dijadikan sebuah tarian yang bersifat menghibur saja.
Gerakan tarian ini bersifat dinamis, ciri khasnya para penari membawa 1 piring di setiap telapak tangannya dan diayun-ayunkan seperti pada gambar, dimulai dari gerakan lambat hingga gerakan cepat. Diiringi musik sarunai, talempong, bansi dan saluang. Namun ada syaratnya, piring-piring tersebut diusahakan tidak boleh jatuh atau lepas. Ditengah tarian, biasanya penari akan menginjak pecahan piring yang telah disediakan. Walau berkesan menyeramkan namun inilah sesi yang sangat menarik, dan anehnya para penari tidak terluka. Konon katanya sebelum tarian dipentaskan, pecahan piring tersebut diberi doa agar tidak menyakiti kaki para penari.
Kostum dalam tarian ini adalah kostum adat Bundo Kanduang, tengkuluk, dan minsia untuk pernak pernik dalam baju penari. Sedangkan untuk warnanya
2. Tari Payung
Tari Payung juga salah satu tarian tradisional dari Minangkabau, Sumatera Barat. Tarian ini biasanya berjumlah 4-8 orang penari yang berpasang-pasangan. Tarian ini melambangkan kasih sayang, hal ini terlihat dari media yang digunakannya. Menurut masyarakat sekitar, payung adalah wujud perlindungan dari hujan dan panasnya terik matahari.
Jadi makna yang terkandung dalam tarian ini adalah sepasang kekasih yang sedang membina kehidupan rumah tangga, biasanya gerakan penari laki-laki seolah sedang melindungi kepala penari wanita. Sedangkan kain selendang yang digunakan oleh wanita mengartikan ikatan cinta suci yang sedang terjalin. Romantis bukan?
Dalam gerakan tari payung di zaman sekarang sudah dimodifikasi sesuai perkembangan zaman, walau begitu dalam beberapa gerakannya masih ada yang tidak diubah dalam artian masih murni warisan dari nenek moyang.
Lagu pengiring dalam tarian ini berjudul Babendi-bendi ke Sungai. Alat musik yang digunakan masih alat musik tradisional seperti rebana, akordion, gamelan padang, gendang, dan gong.
3. Tari Indang
Tarian tradisional berikutnya sudah tidak asing lagi ditelinga kita, tari Indang yang saya sebut di awal artikel, tari ini ternyata kadang disebut tari badindin. Biasanya ditarikan dengan jumlah 7 orang dan dibawakan oleh pria, namun seiring dengan zaman, wanita pun banyak yang menarikan tarian ini.
Sejarahnya, tarian ini dibuat untuk menyebarkan dakwah agama Islam ketika dibawa Syekh Burhanudin. Namun sekarang, tarian ini diadakan bila ada seminar budaya dan bersifat hiburan saja.
Makna yang terkandung didalamnya mengajarkan kita kerja sama dengan orang lain. Hal ini terlihat dari gerakannya yang sangat dinamis, ceria dan kompak. Dan mengenai lagu latar yang berjudul “Dindin Badindin” mengandung makna yang mengajak orang-orang untuk bertegur sapa.
4. Tari Lilin
Sudah kebayang kan tarian tradisional berikutnya pasti menggunakan lilin sebagai media utamanya.
Asal muasalnya, tari lilin diambil dari cerita rakyat ketika seorang gadis yang ditinggal tunangannya berdagang, selama ditinggal gadis tersebut kehilangan cincin pertunangannya dan ia berusaha mencarinya ditengah malam dengan membawa lilin di atas piringan kecil di tangannya, akhirnya gerakan gadis tersebut dijadikan tarian dan lahirlah tari lilin.
Gerakan dalam tarian tersebut diantaranya meliak liuk, membungkuk, dan memutar-mutar lilin. Hanya saja lilin tidak boleh padam dan piringannya pun tidak boleh jatuh. Jenis lilin pun tidak sembarangan. Kostum yang digunakan busana adat Minangkabau, dengan khiasan kepala dan baju batabur serta sarung.
5. Tari Pasambahan Minang
Tarian tradisional berikutnya adalah tari pasambahan minang, jangan salah mengeja ya. Karena saat saya pertama kali baca seperti “Persembahan”.
Lanjut saja ya, tarian ini bertujuan untuk menyambut tamu istimewa sebagai ucapan selamat datang dan juga ungkapan rasa hormat pada tamu yang diundang. Biasanya sebagai penyambutan pengantin pria ke rumah wanita, dan akan dilanjutkan dengan suguhan daun sirih.
Gerakan tari yang digunakan mencakup gerakan silat, langkah berserak dan membungkuk.
Seiring dengan zaman, tarian ini selalu ada dalam pementasan seni dan bersifat untuk hiburan saja.
Tari ini tidak diharuskan ditarikan oleh wanita, laki-laki pun bisa menarikannya. Alat musik yang digunakan adalah telempong, serunai, bansi, gandang tambui, dan tassa. Kostum yang digunakan pun dipilih dari warna-warna yang kuat seperti merah, hitam dan hijau.
6. Tari Rantak
Tarian daerah berikutnya berasal dari Kabupaten Kerinci, berbeda dengan tarian lainnya. Bila tarian lain mengandung gerakan lunggak lenggok dan keanggunan, tari rantak justru memiliki ciri ketegasan dalam setiap gerakan, disertai hentakan kaki yang dapat menimbulkan bunyi, dan beberapa gerakan pencak silat.
Tarian ini bisa dibilang tarian pertama yang mengambil dari gerakan pencak silat. Tarian ini bisa dibawa oleh wanita ataupun laki-laki, dan diperkirakan telah berumur sangat lama. Namun karena kurangnya perhatian, tarian ini pernah terkubur. Untungnya, tarian ini dipertahankan oleh daerah Minang walau masih kurang pementasannya. Kostum yang digunakan biasanya menggunakan warna tegas seperti merah dengan kostum adat Minangkabau.
7. Tari Ambek-ambek Koto Anau
Nama tariannya, Koto Anau diambil dari nama daerah di Sumatera Barat. Karena dipercayai tarian ini berasal dari daerah tersebut. Tarian ini bisa dibawakan oleh wanita ataupun laki-laki.
Sejarah singkatnya, tarian ini diambil dari kegiatan anak-anak yang sedang bermain dengan teman-temannya dan dijadikan tarian. Gerakannya pun ada yang duduk, berkeliling, berjalan-jalan, berhadapan, adapun sedikit gerakan pencak silat.
Kostum yang digunakan untuk laki-laki biasanya kostum adat penghulu, untuk wanita menggunakan Buno Kanduang. Namun bisa saja menggunakan pakaian adat lainnya.
8. Tari Randai
Tarian ini lumayan menarik para wisatawan asing, di beberapa negara tarian ini dipertunjukan sebagai seni mancanegara. Jelas saja, ketika saya lihat pun tari randai sangat keren.
Jumlah penari utamanya satu orang dimana ia akan memberi aba-aba pada teman-teman se-penarinya untuk gerakan selanjutnya. Total penarinya tidak disyaratkan karena tergantung dari cerita rakyat yang akan dibawakan.
Sejarah singkatnya, dulunya tari ini adalah sebagai media penyampaian tentang cerita rakyat melalui syair yang dilantunkan dan gerakan-gerakan tarian tersebut. Tidak aneh, bila ada sebagian penari yang menambahkan dialog ditengah tarian tersebut.
Awalnya ketika saya melihat gerakan tari randai sangat membuat terkesima. Pasalnya, gerakan tarian tersebut sangat unik. Terdapat gerakan pencak silat, gesekan kaki, kuda-kuda, jalan-jalan dan gerakan yang paling menarik buat saya adalah gerakan ketika penari menabuh kostum celana diantara kaki mereka yang menghasilkan suara gebukan seperti pada gambar, selain itu terdapat gerakan tepuk tangan yang selaras dan kompak.
Buat saya pribadi tarian ini sangat menarik, karena memberi 2 ilmu bagi para penonton. Pertama tentang tarian tradisionalnya, yang kedua tentang cerita rakyat yang dibawa oleh para penari. Tidak heran tarian ini telah merambah ke mancanegara seperti Hawaii dan Thailand.
Mirisnya, sekarang tari randai sangat asing di Minangkabau, karena kurangnya perhatian terhadap tarian ini.
9. Tari Alang Babega
Tari tradisional selanjutnya bernama Tari Alang Babega, jumlah penarinya tidak disyaratkan namun biasanya tarian ini ditarikan oleh 2-6 orang. Penaripun bisa laki-laki atau wanita. Bisa juga disatukan wanita dan laki-laki.
Tarian ini sangat sederhana namun ternyata sudah merambat ke luar negeri dalam acara kebudayaan.
Sejarah singkatnya, tarian ini diambil dari seekor Elang yang sedang mencari mangsa dan dijadikan menjadi sebuah tarian.
Gerakannya pun sangat sederhana, dinamis dan atraktif. Dimana para penari akan melentangkan tangan dan seolah sedang mencari mangsa. Wajar saja, gerakannya pun diambil dari seekor elang.
Sekarang tarian ini dianggap lebih kontemporer dibanding tarian lainnya. Dan menjadi tarian sekolah Sumatera Barat.
Tarian ini menjadi salah satu tarian yang dibanggakan oleh masyarakat Sumatera Barat dan lebih sering dipertunjukan bila ada acara tertentu seperti pertunjukkan seni, kebudayaan, dan pertunjukan hiburan.