Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Lirik dan makna lagu Jali-Jali daerah Betawi DKI Jakarta

Lirik-dan-makna-lagu-Jali-Jali-daerah-Betawi-DKI-Jakarta
Lirik dan makna lagu Jali-Jali daerah Betawi DKI Jakarta  Lirik-dan-makna-lagu-Jali-Jali-daerah-Betawi-DKI-Jakarta

Lagu Jali-Jali merupakan lagu tradisional Betawi Betawi DKI Jakarta yang lahir dan diptakan orang jakarta keturunan china

Berikut adalah Lirik dan makna lagu si Jali-Jali daerah Betawi DKI Jakarta

ini dia si jali-jali
lagunya enak lagunya enak merdu sekali
capek sedikit tidak perduli sayang
asalkan tuan asalkan tuan senang di hati

palinglah enak si mangga udang
hei sayang disayang pohonnya tinggi pohonnya tinggi buahnya jarang
palinglah enak si orang bujang sayang
kemana pergi kemana pergi tiada yang m'larang

disana gunung disini gunung
hei sayang disayang ditengah tengah ditengah tengah kembang melati
disana bingung disini bingung sayang
samalah sama samalah sama menaruh hati

jalilah jali dari cikini sayang
jali-jali dari cikini jalilah jali sampai disini



Makna Lagu Jali-Jali

Seperti kebanyakan lagu yang berasal dari Betawi, lirik jali-jali merupakan jalinan pantun yang dipadukan nada dan musik riang yang berfungsi untuk penghibur hati yang sedang berduka atau sedih.

ini dia si jali-jali
lagunya enak lagunya enak merdu sekali
capek sedikit tidak perduli sayang
asalkan tuan asalkan tuan senang di hati

Jali-Jali atau Jali adalah sejenis tumbuhan biji-bijian (serealia) tropika dari suku padi-padian atau Poaceae. Asalnya adalah Asia Timur dan Malaya namun sekarang telah tersebar ke berbagai penjuru dunia.

Orang Betawi biasanya menanam tumbuhan jali-jali ini di perkarangan rumah mereka. Sejak masa kanak-kanak, orang Betawi sudah akrab dengan buah jali-jali. Anak-anak menjadikan buah itu sebagai pelor senapan mainan yang mereka buat dari bilah bambu dan karet gelang.

Beberapa varietas memiliki biji yang dapat dimakan dan dijadikan sumber karbohidrat dan juga obat. Ibu-ibu Betawi biasa mengolahnya menjadi bubur yang populer disebut ‘bubur jali’. Sementara para gadis remajanya meronce jali-jali sebagai tirai pintu kamar mereka.

Sedangkan para alim ulama Betawi menjadikannya sebagai biji-biji tasbih untuk berzikir. Masyarakat Betawi mencomot dan mengabadikan nama buah itu ke dalam perbendaharaan bahasa mereka ‘jali’ yang berarti‘ bersih dan rapi’.

palinglah enak si mangga udang
hei sayang disayang pohonnya tinggi pohonnya tinggi buahnya jarang
palinglah enak si orang bujang sayang
kemana pergi kemana pergi tiada yang m’larang

Mangga udang adalah salah satu varietas mangga yang berasal dari kawasan Toba-Sumatera Utara, namun mangga udang ini juga banyak ditemui di kawasan pinggiran Jakarta dan Tangerang.

Mangga ini memiliki warna kulit kuning oranye dan licin jika telah masak, bentuknya melingkar mirip badan udang dan ukurannya mungil kira-kira sepertiga dari ukuran mangga biasa ini rasanya cenderung manis dengan sensasi sedikit rasa masam, dagingnya tebal dengan tekstur sedikit berserat dan renyah.

disana gunung disini gunung
hei sayang disayang ditengah tengah ditengah tengah kembang melati
disana bingung disini bingung sayang
samalah sama samalah sama menaruh hati

Kembang melati (Jasminum officinale) adalah tumbuhan semak berbunga yang sangat dikenal luas karena keindahannya yang menakjubkan serta aroma mempesona. Selama ini, orang mengenal bunga melati hanya sebatas tanaman hias, kosmetika dan bahan campuran pembuat parfum atau teh.

jalilah jali dari cikini sayang
jali-jali dari cikini jalilah jali sampai disini

Cikini adalah salah satu kampung tua di Jakarta, terletak di daerah di Jakarta Pusat, bertetangga dengan Menteng. Tempo dulu di kawasan ini ada tempat rekreasi umum ‘Taman Raden Saleh’ (TRS), yang merupakan Kebun Binatang Jakarta sebelum dipindahkan ke Ragunan.

Pengunjung ‘TRS’ selain dapat menikmati kesejukan paru-paru kota dan melihat sejumlah hewan, juga bisa nonton balap anjing di lintasan ‘Balap Anjing’ yang kini berubah menjadi kantor dan ruang kuliah mahasiswa fakultas perfilman dan televisi IKJ.

Ada juga lapangan bermain sepatu roda berlantai semen., bioskop-bioskop dan kolam renang namun pada tahun 1968 semua itu digusur oleh Gubernur DKI Jakarta yang saat itu menjabat yakni Ali Sadikin, di tempat itu kemudian dibangun Taman Ismail Marzuki (TIM) merupakan sebuah pusat kesenian dan kebudayaan