Macam-macam Gerakan Tari-Tarian Tradisional Daerah Palembang Provinsi Sumatera Selatan
Macam-macam Gerakan Tari-Tarian Tradisional dari Daerah Palembang Provinsi Sumatera Selatan 

Tari Palembang Sumatera Selatan - Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau Sumatera dengan ibukota Palembang. Provinsi Sumatera Selatan mempunyai banyak nilai seni dan budaya yang memang yang mengagumkan mulai adat istiadat, rumah adat sumatra selatan, pakaian adat sumatera selatan , dan jenis tari tarian Sumatera Selatan.
Ada banyak seni tari yang berkembang di daerah yang terkenal di daerah Sumatera Selatan Diantaranya, Berikut adalah Macam-macam Tari-Tarian Tradisional dari Daerah Khas Palembang Provinsi Sumatera Selatan
1.Tari Sebimbing Sekundang
Tari ini merupakan tari tradisional masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu yang ditampilkan dalam penyambutan tamu-tamu kehormatan yang berkunjung di daerah ini. Tarian ini diperagakan baik di dalam gedung maupun di tempat terbuka yang dilakukan oleh 9 penari, 1 orang puteri pembawa tepak, 2 orang pembawa rempah-rempah, 1 orang pembawa payung agung dan 2 orang pengawal.
Tepak atau Pengasan merupakan sarana utama tarian ini yang berisikan beberapa lembar daun sirih segar dan beberapa lipat daun sirih yang telah diracik dengan getah gambir sehingga siap disuguhkan kepada tamu kehormatan sebagai tanda penerimaan dan pengakuan masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Gerak tarian, pakaian dan musik pengiringnya merupakan perpaduan dari gerak, pakaian dan musik tari-tari tradisional dari berbagai Kecamatan dalam Kabupaten Ogan Komering Ulu sehingga tergambar motto "Bumi Sebimbing Sekundang" yang berarti berjalan seiring dan saling membantu dan melaksanakan sesuatu untuk menggapai keberhasilan.
2. Tari Madik / Nindai
Salah satu tarian untuk memilih calon menantu khas Sumatera Selatan.
Masyarakat Palembang mempunyai kebiasaan apabila akan memilih calon menantu. Sang orangtua pria terlebih dahulu datang ke rumah seorang wanita dengan maksud melihat dan menilai (madik dan nindai) gadis yang dimaksud.
Hal yang dinilai atau ditindai itu, antara lain kepribadiannya serta kehidupan keluarganya sehari-hari. Dengan penindaian itu diharapkan bahwa apabila si gadis dijadikan menantu dia tidak akan mengecewakan dan kehidupan mereka akan berjalan langgeng sesuai dengan harapan pihak keluarga mempelai pria.
3. Tari Kebagh
Tari Kebagh atau Tari Kebar merupakan tarian adat tertua yang sangat populer di daerah Besemah sejak zaman dahulu kala. Walau sempat dilarang hingga tahun 1940-an oleh pemerintah kolonial belanda, tarian ini tetap terpelihara dan diajarkan secara tutun temurun dari generasi ke generasi. Tari Kebagh semakin terdesak, tenggelam dan sempat menghilang pada masa pendudukan Jepang.
Berdasarkan cerita lisan dari orang-orang tua, sejarah tarian ini berkaitan dengan Puyang Serunting Sakti. Dikisahkan, pada suaru acara perkawinan yang sangat meriah dan turut dihardiri oleh Serunting Sakti dan istrinya diadakanlah ocara tari-tarian.
Istri Puyang Serunting Sakti yang konon adalah seorang bidadari, diminta ikut turun menari. Permintaan ini disetujui istrinya dengan syarat selendang miliknya yang dirampas dan disembunyikan oleh Puyang Serunting Sakti dikembalikan padanya untuk dipakai menari.
Karena terus didesak banyak orang, akhirnya dengan berat hati, Puyang Serunting Sakti mengizinkan istrinya menari dengan selendang yang diambilnya pada masa lalu. Selendang tersebut disembunyikan di dalam ruas bambu yang lazim disebut tepang.
Maka menarilah istyri Puyang Serunting Saksti dengan lemah gemulai. Kecantikan dan kemahirannya menari membuat semua mata terpana. Hingga tanpa disadari oleh semua orang, istri Puyang Serunting Sakti tak lagi menginjak bumi, melayang-layang, semakin tinggi hingga menuju ke kayangan, negeri asalnya.
4. Tari Tanggai
Tari tepak atau tari tanggai yang biasa digelarkan untuk menyambut tamu-tamu terhormat. Tarian ini memiliki persamaan dengan tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya pada jumlah penari dan busananya. Tari tepak atau tanggai dibawakan oleh 5 penari sedangkan tari Gending Sriwijaya 9 penari. Busana penari tepak atau tanggai ini tidak selengkap busana dan asesoris penari Gending.
Kelenturan gerak dan lentiknya jemari penari menunjukan betapa tulusnya tuan rumah memberikan penghormatan kepada tamu. Perpaduan gerak gemulai penari dengan harmoni lagu pengiring yang berjudul enam bersaudara melambangkan keharmonisan hidup masyarakat Palembang.
Tari Tanggai sering dipergunakan dalam acara pernikahan masyarakat Sumatera Selatan, acara-acara resmi organisasi dan pergelaran seni di sekolah-sekolah. Sanggar-sanggar seni di kota Palembang banyak yang menyediakan jasa pergelaran tarian tanggai ini, lengkap dengan kemewahan pakaian adat Sumatera Selatan.
Dahulu tarian ini pulalah yang selalu disajikan kepada tamu-tamu raja kerajaan Sriwijaya. Tidak hanya pada acara perkawinan saja, disetiap acarapun tarian ini sering dilakukan.
Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai dengan busana khas daerah. Tarian ini menggambarkan masyarakat Palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamu yang berkunjung ke daerahnya.
Tari Gending Sriwijaya berasal dari Kota Palembang. Tarian ini digelar untuk menyambut para tamu istimewa yang bekunjung ke daerah tersebut, seperti kepala negara Republik Indonesia, menteri kabinet, kepala negara / pemerintahan negara sahabat, duta-duta besar atau yang dianggap setara dengan itu.
Untuk menyambut para tamu agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah satunya adalah Gending Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di Kota Palembang yang mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu.
Tarian Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai. Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder. Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa tepak sebagai Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya hanya dilakukan oleh putri raja, sultan, atau bangsawan. Pembawa pridon biasanya adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri. Demikianlah pula penari-penari lainnya.
Gending Sriwijaya merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan. Melodi lagu Gending Sriwijaya diperdengarkan untuk mengiringi Tari Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara.
6. Tari Tenun Songket
tradisi menenun di masyarakat Palembang, Sumatera Selatan, sudah ada sejak zaman kerajaan Sriwijaya. Hasil tenun songket Palembang terkenal memiliki corak yang indah dengan menggunakan benang yang dilapisi emas. Tradisi menenun dahulu kerap dilakukan oleh perempuan Palembang. Sementara, hasil kain tenun menjadi bahan baku utama dalam pembuatan pakaian adat perkawinan yang dikenakan oleh mempelai perempuan.
Terinspirasi dari tradisi menenun itulah kemudian lahir sebuah garapan tari kreasi yang berjudul tari rampak kipas songket brada. Tarian ini menceritakan tentang ketekunan dan kegembiraan para gadis Palembang dalam kegiatan menenun songket.
Secara umum, tari rampak kipas songket brada merupakan tari kreasi yang ditarikan oleh lima orang penari. Jumlah tersebut bukanlah aturan baku dalam tarian, sehingga jumlah penari bisa ditambah dan dikurangi sesuai dengan besar kecilnya panggung yang digunakan.
Dari garapan kostum, tari rampak kipas songket brada menggunakan baju kurung khas Palembang yang telah dimodifikasi. Meski telah dimodifikasi, ciri khas sebagai baju adat khas Palembang tidak hilang. Hal tersebut terlihat dari warna emas yang mendominasi warna pakaian, selain juga penggunaan kain songket di bagian bawahnya. Sementara bagian kepala penari dihias dengan mahkota bunga serupa kembang goyang. Tidak lupa kipas yang digunakan sebagai properti terpenting dalam pementasan tarian ini.
Gerakan tari rampak kipas songket brada didominasi oleh gerakan tangan. Gerakan tangan tersebut menggambarkan para gadis Palembang yang bergembira dalam tradisi menenun membuat kain songket. Di bagian akhir pementasan, para penari akan mengeluarkan kipas sebagai ciri utama dalam pementasan tarian ini.
Sementara dari garapan musiknya, tari kreasi rampak kipas songket brada diiringi oleh alunan musik dari perpaduan alat musik pukul seperti kendang dan perkusi yang diperdengarkan secara rampak. Tidak lupa dengan tambahan alunan akordian sebagai ciri khas dari musik Melayu Sumatera. Tempo musik dibuat berubah-ubah disesuaikan dengan gerak tarian.
Meski sebagai tari kreasi, tarian asal Palembang ini juga kaya akan makna di dalamnya. Makna tarian ini mengangkat arti penting mempertahankan tradisi songket di masyarakat Palembang. Apalagi tradisi tersebut telah lama ada dalam kebudayaan masyarakat Palembang. Songket juga menjadi simbol yang mengikat persaudaran sesama masyarakat Palembang dengan masyarakat nusantara dan dunia
7. Tari Rodat Cempako
Tari Rodat Cempako merupakan salah satu tarian yang berasal dari Sumatera Selatan. Tari ini merupakan tari rakyat bernafaskan Islam. Tari Rodat Cempako sangat dinamis dan lincah, di mana gerak dasar tari ini diambil dari Timur Tengah. Tarian ini ditarikan dengan “Leyek” (menari sambil duduk),
Keunikan dari tarian ini adalah diiring dengan syair lagu dan alat musik rebana yang dinyanyikan bersama-sama. Oh ya, rupanya Tari Rodat Cempako tergabung dalam Persatuan Syaropal Anam, di mana tarian ini dilakukan juga sebagai arakan pengantin dan kegiatan beragamakan Islam lainnya.
Selain itu, kini tarian ini tidak hanya dimainkan oleh para kaum laki-laki saja, melainkan tak jarang kita melihat banyak kaum perempuan yang melakukan Tari Rodat Cempako.
8. Tari Mejeng Besuko
Tari Mejeng Besuko merupakan tarian yang berasal dari provinsi Sumatera Selatan. Dimana dalam tarian ini sendiri tentu saja memiliki makna dan juga arti pada tarian ini sendiri, sehingga pada dasarnya kita dapat mengerti mengapa nama dari tarian tersebut bisa begitu. Tarian ini pun biasanya merupakan warisan budaya dari nenek moyang kita pada zaman yang dahulu, dikarenakan pada zaman dahulu tidak ada iringan music yang seperti sekarang membuat tarian pada zaman dahulu tidak terlihat menarik dan terkesan kuno.
Gerakan-gerakan dari tarian yang ada sekarang pun tidak lebih pastilah mengikuti perkembangan zaman yang dahulu, dimana seperti yang kita tahu gerakan-gerakan yang ada sekarang adalah merupakan pembaharuan dari gerakan-gerakan yang sudah ada terlebih dahulu pada masa nenek moyang kita.
Tarian-tarianTari-Tarian Tradisional dari Daerah Provinsi Sumatera Selatan sampai sekarang masih sangat eksis di dunianya sendiri, dan tidak jarang banyak sekali penari yang telah menguasai tarian tersebut mengajarkannya pada anak-anak didik mereka yang biasa mereka buka pada sebuah sanggar tari yang ada.
Demikian jenis-jenis Tari-Tarian Tradisional dari Daerah Provinsi Sumatera Selatan semoga terus menjaga dan melestarikan warisan budaya dari daerah kita masing-masing, karena seperti yang kita tahu banyak sekali Negara yang ingin mencuri warisan dan menklaimnya sebagai pemilik dari warisan budaya tersebut.
Ada banyak seni tari yang berkembang di daerah yang terkenal di daerah Sumatera Selatan Diantaranya, Berikut adalah Macam-macam Tari-Tarian Tradisional dari Daerah Khas Palembang Provinsi Sumatera Selatan
1.Tari Sebimbing Sekundang
Tari ini merupakan tari tradisional masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu yang ditampilkan dalam penyambutan tamu-tamu kehormatan yang berkunjung di daerah ini. Tarian ini diperagakan baik di dalam gedung maupun di tempat terbuka yang dilakukan oleh 9 penari, 1 orang puteri pembawa tepak, 2 orang pembawa rempah-rempah, 1 orang pembawa payung agung dan 2 orang pengawal.
Tepak atau Pengasan merupakan sarana utama tarian ini yang berisikan beberapa lembar daun sirih segar dan beberapa lipat daun sirih yang telah diracik dengan getah gambir sehingga siap disuguhkan kepada tamu kehormatan sebagai tanda penerimaan dan pengakuan masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Gerak tarian, pakaian dan musik pengiringnya merupakan perpaduan dari gerak, pakaian dan musik tari-tari tradisional dari berbagai Kecamatan dalam Kabupaten Ogan Komering Ulu sehingga tergambar motto "Bumi Sebimbing Sekundang" yang berarti berjalan seiring dan saling membantu dan melaksanakan sesuatu untuk menggapai keberhasilan.
2. Tari Madik / Nindai
Salah satu tarian untuk memilih calon menantu khas Sumatera Selatan.
Masyarakat Palembang mempunyai kebiasaan apabila akan memilih calon menantu. Sang orangtua pria terlebih dahulu datang ke rumah seorang wanita dengan maksud melihat dan menilai (madik dan nindai) gadis yang dimaksud.
Hal yang dinilai atau ditindai itu, antara lain kepribadiannya serta kehidupan keluarganya sehari-hari. Dengan penindaian itu diharapkan bahwa apabila si gadis dijadikan menantu dia tidak akan mengecewakan dan kehidupan mereka akan berjalan langgeng sesuai dengan harapan pihak keluarga mempelai pria.
3. Tari Kebagh
Tari Kebagh atau Tari Kebar merupakan tarian adat tertua yang sangat populer di daerah Besemah sejak zaman dahulu kala. Walau sempat dilarang hingga tahun 1940-an oleh pemerintah kolonial belanda, tarian ini tetap terpelihara dan diajarkan secara tutun temurun dari generasi ke generasi. Tari Kebagh semakin terdesak, tenggelam dan sempat menghilang pada masa pendudukan Jepang.
Berdasarkan cerita lisan dari orang-orang tua, sejarah tarian ini berkaitan dengan Puyang Serunting Sakti. Dikisahkan, pada suaru acara perkawinan yang sangat meriah dan turut dihardiri oleh Serunting Sakti dan istrinya diadakanlah ocara tari-tarian.
Istri Puyang Serunting Sakti yang konon adalah seorang bidadari, diminta ikut turun menari. Permintaan ini disetujui istrinya dengan syarat selendang miliknya yang dirampas dan disembunyikan oleh Puyang Serunting Sakti dikembalikan padanya untuk dipakai menari.
Karena terus didesak banyak orang, akhirnya dengan berat hati, Puyang Serunting Sakti mengizinkan istrinya menari dengan selendang yang diambilnya pada masa lalu. Selendang tersebut disembunyikan di dalam ruas bambu yang lazim disebut tepang.
Maka menarilah istyri Puyang Serunting Saksti dengan lemah gemulai. Kecantikan dan kemahirannya menari membuat semua mata terpana. Hingga tanpa disadari oleh semua orang, istri Puyang Serunting Sakti tak lagi menginjak bumi, melayang-layang, semakin tinggi hingga menuju ke kayangan, negeri asalnya.
4. Tari Tanggai
Tari tepak atau tari tanggai yang biasa digelarkan untuk menyambut tamu-tamu terhormat. Tarian ini memiliki persamaan dengan tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya pada jumlah penari dan busananya. Tari tepak atau tanggai dibawakan oleh 5 penari sedangkan tari Gending Sriwijaya 9 penari. Busana penari tepak atau tanggai ini tidak selengkap busana dan asesoris penari Gending.
Kelenturan gerak dan lentiknya jemari penari menunjukan betapa tulusnya tuan rumah memberikan penghormatan kepada tamu. Perpaduan gerak gemulai penari dengan harmoni lagu pengiring yang berjudul enam bersaudara melambangkan keharmonisan hidup masyarakat Palembang.
Tari Tanggai sering dipergunakan dalam acara pernikahan masyarakat Sumatera Selatan, acara-acara resmi organisasi dan pergelaran seni di sekolah-sekolah. Sanggar-sanggar seni di kota Palembang banyak yang menyediakan jasa pergelaran tarian tanggai ini, lengkap dengan kemewahan pakaian adat Sumatera Selatan.
Dahulu tarian ini pulalah yang selalu disajikan kepada tamu-tamu raja kerajaan Sriwijaya. Tidak hanya pada acara perkawinan saja, disetiap acarapun tarian ini sering dilakukan.
Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai dengan busana khas daerah. Tarian ini menggambarkan masyarakat Palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamu yang berkunjung ke daerahnya.
5. Tari Gending Sriwijaya
Tari Gending Sriwijaya berasal dari Kota Palembang. Tarian ini digelar untuk menyambut para tamu istimewa yang bekunjung ke daerah tersebut, seperti kepala negara Republik Indonesia, menteri kabinet, kepala negara / pemerintahan negara sahabat, duta-duta besar atau yang dianggap setara dengan itu.
Untuk menyambut para tamu agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah satunya adalah Gending Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di Kota Palembang yang mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu.
Tarian Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai. Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder. Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa tepak sebagai Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya hanya dilakukan oleh putri raja, sultan, atau bangsawan. Pembawa pridon biasanya adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri. Demikianlah pula penari-penari lainnya.
Gending Sriwijaya merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan. Melodi lagu Gending Sriwijaya diperdengarkan untuk mengiringi Tari Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara.
6. Tari Tenun Songket
tradisi menenun di masyarakat Palembang, Sumatera Selatan, sudah ada sejak zaman kerajaan Sriwijaya. Hasil tenun songket Palembang terkenal memiliki corak yang indah dengan menggunakan benang yang dilapisi emas. Tradisi menenun dahulu kerap dilakukan oleh perempuan Palembang. Sementara, hasil kain tenun menjadi bahan baku utama dalam pembuatan pakaian adat perkawinan yang dikenakan oleh mempelai perempuan.
Terinspirasi dari tradisi menenun itulah kemudian lahir sebuah garapan tari kreasi yang berjudul tari rampak kipas songket brada. Tarian ini menceritakan tentang ketekunan dan kegembiraan para gadis Palembang dalam kegiatan menenun songket.
Secara umum, tari rampak kipas songket brada merupakan tari kreasi yang ditarikan oleh lima orang penari. Jumlah tersebut bukanlah aturan baku dalam tarian, sehingga jumlah penari bisa ditambah dan dikurangi sesuai dengan besar kecilnya panggung yang digunakan.
Dari garapan kostum, tari rampak kipas songket brada menggunakan baju kurung khas Palembang yang telah dimodifikasi. Meski telah dimodifikasi, ciri khas sebagai baju adat khas Palembang tidak hilang. Hal tersebut terlihat dari warna emas yang mendominasi warna pakaian, selain juga penggunaan kain songket di bagian bawahnya. Sementara bagian kepala penari dihias dengan mahkota bunga serupa kembang goyang. Tidak lupa kipas yang digunakan sebagai properti terpenting dalam pementasan tarian ini.
Gerakan tari rampak kipas songket brada didominasi oleh gerakan tangan. Gerakan tangan tersebut menggambarkan para gadis Palembang yang bergembira dalam tradisi menenun membuat kain songket. Di bagian akhir pementasan, para penari akan mengeluarkan kipas sebagai ciri utama dalam pementasan tarian ini.
Sementara dari garapan musiknya, tari kreasi rampak kipas songket brada diiringi oleh alunan musik dari perpaduan alat musik pukul seperti kendang dan perkusi yang diperdengarkan secara rampak. Tidak lupa dengan tambahan alunan akordian sebagai ciri khas dari musik Melayu Sumatera. Tempo musik dibuat berubah-ubah disesuaikan dengan gerak tarian.
Meski sebagai tari kreasi, tarian asal Palembang ini juga kaya akan makna di dalamnya. Makna tarian ini mengangkat arti penting mempertahankan tradisi songket di masyarakat Palembang. Apalagi tradisi tersebut telah lama ada dalam kebudayaan masyarakat Palembang. Songket juga menjadi simbol yang mengikat persaudaran sesama masyarakat Palembang dengan masyarakat nusantara dan dunia
7. Tari Rodat Cempako
Tari Rodat Cempako merupakan salah satu tarian yang berasal dari Sumatera Selatan. Tari ini merupakan tari rakyat bernafaskan Islam. Tari Rodat Cempako sangat dinamis dan lincah, di mana gerak dasar tari ini diambil dari Timur Tengah. Tarian ini ditarikan dengan “Leyek” (menari sambil duduk),
Keunikan dari tarian ini adalah diiring dengan syair lagu dan alat musik rebana yang dinyanyikan bersama-sama. Oh ya, rupanya Tari Rodat Cempako tergabung dalam Persatuan Syaropal Anam, di mana tarian ini dilakukan juga sebagai arakan pengantin dan kegiatan beragamakan Islam lainnya.
Selain itu, kini tarian ini tidak hanya dimainkan oleh para kaum laki-laki saja, melainkan tak jarang kita melihat banyak kaum perempuan yang melakukan Tari Rodat Cempako.
8. Tari Mejeng Besuko
Tari Mejeng Besuko merupakan tarian yang berasal dari provinsi Sumatera Selatan. Dimana dalam tarian ini sendiri tentu saja memiliki makna dan juga arti pada tarian ini sendiri, sehingga pada dasarnya kita dapat mengerti mengapa nama dari tarian tersebut bisa begitu. Tarian ini pun biasanya merupakan warisan budaya dari nenek moyang kita pada zaman yang dahulu, dikarenakan pada zaman dahulu tidak ada iringan music yang seperti sekarang membuat tarian pada zaman dahulu tidak terlihat menarik dan terkesan kuno.
Gerakan-gerakan dari tarian yang ada sekarang pun tidak lebih pastilah mengikuti perkembangan zaman yang dahulu, dimana seperti yang kita tahu gerakan-gerakan yang ada sekarang adalah merupakan pembaharuan dari gerakan-gerakan yang sudah ada terlebih dahulu pada masa nenek moyang kita.
Tarian-tarianTari-Tarian Tradisional dari Daerah Provinsi Sumatera Selatan sampai sekarang masih sangat eksis di dunianya sendiri, dan tidak jarang banyak sekali penari yang telah menguasai tarian tersebut mengajarkannya pada anak-anak didik mereka yang biasa mereka buka pada sebuah sanggar tari yang ada.
Demikian jenis-jenis Tari-Tarian Tradisional dari Daerah Provinsi Sumatera Selatan semoga terus menjaga dan melestarikan warisan budaya dari daerah kita masing-masing, karena seperti yang kita tahu banyak sekali Negara yang ingin mencuri warisan dan menklaimnya sebagai pemilik dari warisan budaya tersebut.