Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Keunikan Gerak Tari Cokek dan gerakan Tarian Cokek Betawi khas Tangerang Banten

Keunikan-Sejarah-Kesenian-Gerakan-Tari-tarian-cokek-Betawi-khas-Tangerang-Banten
Keunikan Gerak Tari Cokek dan gerakan Tarian Cokek Betawi khas Tangerang Banten Keunikan-Sejarah-Kesenian-Gerakan-Tari-tarian-cokek-Betawi-khas-Tangerang-Banten

Tari Cokek BetawiTari Cokek adalah Kesenian Tari khas Tangerang yang berkembang pada abad ke 19 M di Kabupaten Tangerang,  Propinsi Banten. Tarian  cokek ini dimainkan oleh sepuluh orang penari wanita, dan  tujuh orang laki-laki pemegang gamang kromong,  alat musik yang mengiringinya. Alunan musik gamang  kromong merupakan hasil kombinasi suara yang ditimbulkan oleh rebab dua  dawai, suling, kempul, gong, kendang dan kecrek.

Keunikan Tari cokek ini diiringi orkes gambang kromong ala Betawi dengan penari mengenakan kebaya yang disebut cokek. Tarian Cokek mirip sintren dari Cirebon atau sejenis ronggeng di Jawa Tengah. Tarian ini kerap identik dengan keerotisan penari, yang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat lantaran dalam peragaannya, pria dan wanita menari berpasangan dalam posisi berdempet-dempetan. Cokek sendiri merupakan tradisi lokal masyarakat Betawi dan China Benteng, yaitu kelompok etnis China yang nyaris dipinggirkan, dan kini banyak bermukim di Tangerang.

Sejarah Tari cokek tarian khas Tangerang

Menurut Ninuk Kleden Probonegoro, seorang peneliti dari LIPI, banyak versi tentang awal kelahiran seni rakyat ini. Cerita dimulai pada masa tuan-tuan tanah menguasai Betawi sekitar abad ke-19, khususnya di daerah yang saat ini dikenal dengan nama Kota atau Beos. Di sana banyak tinggal tuan tanah kaya. Setiap malam Minggu, mereka biasa mengadakan pesta.

Para tuan tanah ini biasanya juga banyak memiliki pembantu yang mahir bermain musik dan menari. Umumnya pesta para tuan tanah ini dimeriahkan oleh musik dari rombongan Gambang Kromong. Saat itulah para pembantu tuan tanah yang terdiri dari gadis-gadis muda itu, melayani tamu-tamu lelaki untuk menari. Mereka itulah yang kemudian disebut sebagai penari Cokek.

Sejarah Tari cokek Menurut versi lain,  daerah Tanjung Kait dikuasai oleh tuan tanah bernama Tan Sio Kek. Seperti biasa tuan tanah kaya lainnya, Tan Sio Kek juga mempunyai sebuah kelompok musik.

Pada suatu hari, datang tiga orang bercocing, yaitu rambut yang dikepang satu. Diduga berasal dari daratan China. Ketiga orang ini membawa tiga buah alat musik yaitu, Tehiyan, Su Khong dan Khong ahyan. Ternyata ketiga orang itu juga mahir bermain musik.

Sedangkan para gadis yang menari dengan iringan irama musik itu, kemudian disebut sebagai Cokek, yang diartikan anak buah Tan Sio Kek. Seperti halnya Nie Hukong, Tan Sio Kek lebih dapat menikmati tarian dan nyanyian para cokek, yaitu para penyanyi cokek merangkap penari pribumi yang biasa diberi nama bunga-bunga harum di Tiongkok, seperti Bwee Hoa, Han Siauw, Hoa, Han Siauw dan lain-lain.

Cokek ini termasuk dalam genre tari rakyat, yaitu tari yang hidup dan berkembang di kalangan rakyat jelata. Genre tari ini terlahir dan dihidupkan oleh komunitas etnik. Secara fungsi untuk upacara dan hiburan, tariannya dapat dibilang sederhana.

Dalam penyajiannya jarak antara penonton dan pemain begitu lentur, dengan kata lain tidak ada jarak estetis, serta seluruh penonton terlibat langsung dalam pertunjukkannya. Selain Cokek dari Tangerang, yang termasuk genre tari rakyat antara lain: sisingaan, doger kontrak dari Subang, ketuk tilu, benjang dari Bandung, ronggeng gunung, badud, ronggeng kaler dari Ciamis, ronggeng uyeg dari Sukabumi, angklung sered dari Tasikmalaya, angklung gubrag dari Bogor, angklung Baduy dari Kabupaten Lebak, topeng banjet dan bajidoran dari Karawang.

Keunikan Tari Cokek terlihat pada gerakan tubuh penarinya yang bergerak perlahan-lahan sehingga mudah untuk diikuti oleh penonton. Gerakan tarian tari Cokek ini kemudian akan dilanjutkan dengan ajakan pada para penonton untuk ikut bergabung menari.

Ajakan pada para penonton itu dilakukan dengan cara mengalungkan selendang ke leher sambil menariknya maju ke depan atau ke panggung.

Ajakan itu umumnya ditujukan kepada pemuka masyarakat atau orang kaya yang hadir pada acara itu. Proses menari bersama ini dilakukan berdekatan antara penari dengan penonton, tetapi tidak saling bersentuhan.

Selain gerakannya yang pelan dan mudah diikuti, keunikan lainnya pada tarian ini adalah pada busana penarinya. Biasanya busana yang dipakai para penari adalah kebaya yang terbuat dari kain sutra yang memiliki warna mencolok, yaitu berwarna hijau, merah, kuning, dan ungu dan warna kain ini akan bertambah mencolok ketika terkena pancaran sinar lampu. Selain keindahan busananya, selendang dan rambut penari yang dikepang dan dipasangi sanggul juga menambah kecantikan para penari itu.

Demikian Keunikan Sejarah Kesenian gerakan Tari Tarian Cokek Betawi khas Tangerang Banten